Rabu, 15 Februari 2017

Luxury Services at Trans Luxury Hotel

Namaku Tara, usia 23 tahun. Mahasiswa semester 5 di salah satu universitas negeri di Surabaya. Aku pernah menulis cerita tentang pengalamanku bersama Ratna waktu aku masih semester 3. Cerita kali ini terjadi ketika aku ikut ayahku dalam rangka perjalanan bisnis.
Waktu itu ketika liburan semester, aku ikut ayahku ke Bandung untuk mengikuti business meeting dari supplier ayahku. Ya, karena aku anak laki-laki tertua maka aku sering diajak ayah untuk sedikit demi sedikit berkenalan dengan bisnis keluarga kami. Kakakku perempuan lebih memilih melanjutkan studinya ke Jerman sejak kuliah S-1 hingga sekarang untuk mengejar cita-citanya menjadi dosen internasional. Dia hanya pulang setahun 2x saja karena disana kakakku sudah punya penghasilan sendiri. Novel dan buku cerita yang dibuatnya selalu diterbitkan oleh penerbit terkenal disana. Sedangkan adik laki-lakiku masih di bangku SMA.
Setiba di Bandung, kami langsung menuju ke The Papandayan Hotel, tempat kami menginap dan acara gathering diadakan. Aku sudah merencanakan akan extend di Bandung 3 hari lagi untuk jalan-jalan sendiri mencoba beberapa wisata disana, khususnya Saung Angklung Udjo. Tiket pesawat dan hotel sudah aku siapkan juga. Setelah 2 malam menginap di Papandayan, aku berpamitan dengan ayahku dan berpisah di lobby hotel karena aku melanjutkan perjalanan ke Trans Studio Mall yang berjarak beberapa km dari Papandayan. Kebetulan aku akan menginap di Trans Luxury Hotel. Yap, sisa uang saku kuliah sengaja aku kumpulkan agar bisa menginap di hotel ini. Setelah sampai di TSM, langsung saja aku makan di foodcourt sambil menunggu jam 2 untuk bisa check-in kamar. Rencanaku untuk malam ini hanya ngemall dan santai-santai menikmati kamar mewah itu, besoknya tinggal jalan-jalan kuliner dan sore ke Saung Angklung Udjo, dan pulang malam hari. Besoknya lagi cuma nikmati kamar aja sampai check out dan ke airport siang hari untuk penerbangan sore ke Surabaya.
Saat makan di foodcourt, tiba-tiba didepanku dateng 4 cewek yang rame banget. Cantik-cantik sih, tapi ya biarlah. Namanya juga mahasiswi. Gosip-gosip aneh pun terdengar di kupingku dengan jelas. Masalah kampus, cowok, sex, sampe dugem. Lalu ku perhatikan salah satu cewek yang menghadap ke arahku, seperti nggak asing, pernah kenal. Dan ya, itu Sintia, temen kuliahku yang pindah universitas waktu semester 3. Ternyata dia pindah ke Bandung. Lalu ku beranikan untuk menyapanya duluan.
“Eh sorry girls ganggu sebentar, kamu Sintia bukan? Dulu yang kuliah di Surabaya?” Tanyaku.
“Lhoo Tara? Iya bukan? Tara?” Tanya Sintia Balik.
“Iya ini aku Tara, kamu pindah ke Bandung ternyata? Lama nggak ketemu yaa?”
“Hahahaha.. iyaa, aku kesini sambil nemenin adik-adikku dari Mataram, mereka sekolah disini semua. Apa kabaarr?”
“Sehaatt.. Kamu lagi nggak ada kelas Sin? Kok siang-siang udah masuk mall”
“Lhahh ini kan musim libur, emang disana nggak libur?”
“Oiyaa lupaa. Sorryyy.. Nggak fokus sihh, kaya dihadang cewek-cewek cantik gini. Hahaha”
Memang mereka berempat cantik-cantik semua, pakaiannya rapi tapi seksi. Nunjukin kalau mereka bukan mahasiswi biasa. Untouchable kalau istilah geng ku. Saat itu Sintia memakai kemeja putih tipis ketat dengan warna merah bra nya menerawang, dipadu dengan celana jeans ketat serta highheels dan menunjukkan bongkahan pantatnya yang padat. Tinggi Sintia hanya 160cm, dengan ukuran dada sekitar 32B, kulitnya yang kencang sepertinya dia rutin ngegym.

Sintia

“Hehh orang belum kenal udah godain kita-kita. Oiya kenalin ini Rika”.
Rika orangnya berwajah mirip artis Prilly, pendek juga sekitar 160cm, dengan dada agak rata, mengenakan sweater lengan panjang dipadu celana hitam ketat dan highheels.
“Kalau ini Maya”
Maya orangnya tinggi, hampir 170cm, wajah khas Sunda, mengenakan kaos lengan panjang warna nude dengan dada rendah, dipadu dengan jeans ketat dan high heels. Ukuran payudaranya paling besar, sekitar 34C, pantatnya juga terlihat padat. Khas cewek rajin training.


“Ini Rena”
Rena ini paling cuek penampilannya. Hanya mengenakan kaos polos warna putih ketat dipadu dengan legging hitam dan sneaker. Hanya mereknya semua sekelas Zara. Rena tingginya 165cm, wajah keturunan Jepang, ukuran payudaranya sekitar 32B, bokongnya juga lumayan padat. Sepertinya mereka berempat sering ngegym bareng.
“Kita berempat udah kaya geng, kemana-mana bareng, tak terpisahkan”.
“Oww.. I see.. emang habis ini kalian pada kemana? Masing siang begini.”
“Kita mau main-main di Trans Studio Tar, pengen seru-seruan tapi yang nggak kepanasan.” Jawab Rika
“Kalo kamu Tar?” Tanya Sintia.
“Aku nunggu jam 2, mau checkin di hotel sebelah. Aku solo travelling 3 hari kedepan. Sambil nyoba hotel yang katanya bagus didepan itu.”
“Maksudmu di Trans Hotel? Sendirian?” Tanya Sintia
“Iyaa.. sama siapa lagi, aku nggak punya pacar. Lagian aku berangkat ke Bandung kemarin bareng ayahku.”
“Oalah Taraaa Taraa... Kasian banget.” Ketawa Sinta.
“Sialan.. Lagian aku udah pinjem motor temenku, nanti sore mau dianter ke hotel. Makanya ini bawa helm sama riding gear lengkap. Kalo sama pacar kalo kehujanan kan kasian”. Kataku buat pembelaan.
“Ohh main moge juga lo Tar?” Maya yang sedari tadi diam tiba-tiba tanya.
“Enggak sih, cuma hobi turing aja. Dirumah ada CBR600RR. Besok dibawain R6 sama temenku.”
“Waahh kalian sama donk, sama-sama biker. Ini Maya juga bawa moge. Apa May namanya?” Celoteh Sintia.
“Aku bawa R6 juga kalo harian, kapan-kapan boleh lah riding bareng.” Kata Maya.
“Boleehh..”
“Kita riding guling aja girls dirumah, kulit kita teriak-teriak nanti kalo kena panas. Hahaha”. Celoteh si Rena. Hanya butuh waktu sebentar untuk kami menjadi akrab dan ketawa-ketiwi.
“Tar, kita cabut duluan ya. Keburu sore, kalo pulang malem macetnya minta ampun. Kamu buruan check-in, istirahat, jangan nakal lhoo.. jangan jajan juga. Hahahaha..”. Sintia ga berhenti-berhentinya bully aku.
“Iyee.. mana bisa jajan, besoknya harus riding. Oiya aku minta nomornya Sin, besok kalo ada apa-apa aku tanya kamu aja.”
“Oke Tar, yaudah seeyou..” Kata mereka bareng-bareng.
“Seeyou too..”.
Ah sial pikirku, ketemu cewek-cewek kaya gitu pas sendirian di hotel, hotel mewah lagi. Damn! Akhirnya aku selesai check-in dan bergegas masuk kamar. Kebetulan kamarku ada di lantai 8. Sepanjang jalan aku mengamati betapa mewahnya hotel ini, belum pernah aku menginap di hotel sebagus ini. Begitu masuk kamar, kesan mewah langsung terasa, suasana dan penataannya berbeda dengan hotel bintang 5 lainnya. Riding gear aku tata rapi buat besok. Koper dan isi-isinya sudah tertata rapi.
“Aaahhh.. enaknyaaa.. berasa nggak pengen keluar kamar.” Kataku sambil rebahan. Kulihat diluar sedang turun hujan deras. Tiba-tiba ada telfon masuk dari si Iwan temenku. Katanya belum bisa nganter motornya, karena dia harus ke Bogor mendadak. Katanya kalau mau bisa langsung kerumah aja, udah siap di garasi. Akhirnya aku iyain, aku ambil sekitar jam 8 aja. Kamar ini berdinding kaca lebar, jadi lumayan ada yang dipandang kalo lagi diem dikamar. Tak lama bagiku untuk tertidur dan bangun pukul 18.00. Langsung aku bergegas untuk mandi dan cuss cari makan di foodcourt TSM, karena cukup selangkah aja sampe di TSM. Habis mandi, tiba-tiba ada telfon masuk dari Sintia.
“Haloo.. Ya Sin? Ada apa?”. Tanyaku
“Haloo Tar, lo lagi dimana?.” Tanya Sintia
“Aku masih di hotel, mau makan di foodcourt. Gimana Sin?”
“Ohh.. yaudah, ketemu di foodcourt yaa. Ini aku juga belum pulang.”
Sepuluh menit kemudian aku sampai di foodcourt dan ketemu Sintia yang cuma sendirian di meja.
“Lhoo kok sendirian Sin? Yang lain mana?”
“Udah pada pulang Tar. Tadi aku suruh duluan, soalnya aku masih cari buku. Rumah mereka kan jauh, kalo rumahku mah deket, 15 menit sampe lah. Berhubung aku laper, dan malas sendirian, makanya aku ngajak kamu. Hahaha...”
“Ohh gitu ya, kirain kamu yang ditinggal sama temen-temenmu.”
“Aku nggak ganggu kamu kan tadi? Tadi kamu ngapain hayoo dikamar sendirian? Mencurigakan!!”. Katanya sambil nyentil dahiku.
“Aduuhh.. ya nggak ngapa-ngapain lahh, tadi aku ketiduran habis dikasih tau kalo besok motornya disuruh ambil sendiri dirumahnya.”
“Halahh alesan..”
“Tapi ngomong-ngomong, kamu cantik banget Sin, beda banget sama dulu waktu baru masuk kuliah. Hahaha”
“Ngrayu-ngrayu gitu, dasar cowok.”
“Lagian tadi kamu bawa temen-temen cantik kaya gitu, gimana nggak grogi coba.”
“Lo naksir yang mana? Ntar gue bantu Tar. Hahaha.. Bercandaa”
Sambil makan, kita saling cerita-cerita, curhat, sharing, macem-macem diobrolin. Sampe nggak kerasa sudah jam 20.00.
“Kamu nggak pulang Sin? Mumpung jam segini, masih ada taxi. Ntar cowokmu nunggu kabar lho.”
“Aku nggak punya cowok Tar, maleess.. Nggak bebas.. Habis ini kamu ngapai? Tidur?” Tanya Sintia
“Ya paling tiduran, nonton tivi, udah, mau ngapain lagi. Aku nggak hafal Bandung.”
“Mau aku temenin? Rumahku lagi nggak ada orang, adek-adek pada pulang ke Mataram. Kalo kamu mau sihh. Kalo enggak ya nggak apa-apa.”
“Serius kamu Sin, nggak takut aku mangsa? Hahaha... Ya kalo aku sih mau aja, ntar aku bisa tidur di sofa.”
“Yaudah, yukk aku mau numpang mandi sekalian ya. Anterin aku beli alat mandi dulu.”
“Oke Sin, sini aku bawain bukumu. Banyak banget.”
Akhirnya kita sampai dikamarku.
“Gile bagus banget kamarnya. Bisa buat rame-rame ya?”
“Yahh begitulah, nggak rugi aku nabung lama demi ini.”
“Hebat lu Tar, nabung sendiri. Yaudah aku mandi dulu ya. Jangan ngintip. Awass!!”
“Iyee sanaa..”
Lalu aku nyalain tivi, kebetulan lagi diputer Fast 7, film favoritku. Setengah jam berlalu, akhirnya Sintia selesai mandi. Dia keluar hanya menggunakan kimono hotel. Sedang dia membawa kemeja, celana, bra merah, dan celana dalam gstring nya untuk ditaruh di lemari pakaian. Sintia nggak pake apa-apa!! Aku terpaku melihat paha mulusnya yang terbuka hingga setengahnya. Membayangkan apa yang ada di dalamnya. Ingin sekali kutarik tali kimono itu untuk memastikan apa yang aku bayangkan itu sama dengan aslinya.
“Lo udah ML sama berapa cewek Tar?” Tanyanya tiba-tiba.
“Hahh.. kok pertanyaannya kaya gitu?” Seketika si dedek langsung bangun mendengar pertanyaan dari Sintia. Kebetulan aku sudah ganti celana boxer, sehingga si dedek sangat leluasa.
“Udah jawab aja.. Kalo gue udah sama 4 cowok. Cuma cowok pertama yang bisa muasin gue, tapi dia selingkuh sama cewek lain.”
“Aku lupa Sin.” Jawabku sambil berjalan mendekati Sintia.
“Coba kamu tanya sendiri sama dia.” Kataku sambil kulepas boxer dan kaosku. Sintia yang awalnya duduk di pinggir tempat tidur, terdiam ketika didepannya ada penis panjang yang siap dimainkan.
“I will”. Kata Sintia.
Tangannya mulai mengocok penisku dengan lembut, sambil mengelus-elus buah zakarku. Tangannya yang halus membuat penisku mengeras seketika. Kucoba menarik kepalanya agar segera mengulum penisku.
“Sabar sayang, pelan-pelan. Nikmati aja malam ini, aku milikmu Tar.” Lalu tangannya kembali mengocok penisku, makin cepat.
“Aaaaahhh Terus Siinn.. isep Siinn.. Aahhh”.
Akhirnya Sinta mulai menciumi penisku, menjilat buah zakarku, lalu mengulum penisku dengan lembut.
“Uuummhh.. sssllrpp.. ssssllrrpp.. kontolmu panjang banget Tar. Uuummhh.. bisa mentok tengorokan nihh.. uummhh”.
Kurasakan penisku siap memuntahkan sperma di mulut Sintia.
“Aaaaahh Siinn.. nggak tahan.. aaaahh”
“Mmmmmhh.. sssllrrrpp ssslllrrpp.. mmmhhh”
Sintia makin mempercepat kocokan dengan mulut dan tangannya. Penisku yang basah membuat kuluman Sintia makin terasa nikmat. Aku tak bisa menahan lebih lama lagi. Dan aku keluarkan spermaku di dalam mulutnya.
“Aaaahh akuu keluaaarr Siiinn.. Aaaaahh”.
Sintia menelan habis sperma dariku, lalu dijilati penisku hingga bersih. Tanpa berkata apa-apa, Sintia mendorongku hingga telentang di kamar mandi. Sambil tersenyum dia berjalan menuju tasnya dan mengambil sesuatu. Lalu dia menghampiriku sambil membawa air putih.
“Ini Tar, lo minum dulu. Gara-gara elo gue jadi horny berat. Tanggung akibatnya lho yaa.”.
“Apaan nih Sin?”. Tanyaku.
“Udah, minum aja. Full herbal kok.”
Aku pun menelan kapsul itu. Sambil kulihat Sintia mengambil helmku yang sudah ada GoPro nya. Posisinya diletakkan diatas rak tv dan mengarah pas ke tempat tidur. Setelah dinyalakan, Sintia mulai naik ke kasur dan menaiki tubuhku. Bibir kami saling berpagutan mesra, makin lama ciuman makin penuh nafsu, lidah kami berpagutan didalam. Sambil kuremas-remas pantat motok itu yang masih terbungkus kimono tebal. Penisku terdindih tubuh bawahnya. Sadar bahwa penisku mulai mengeras, Sintia menindih penisku dengan bibir vaginanya.
“Uuuuhh.. panjang banget kontolmu Taarr.. Uuuugghhh..”
“Ummmhh gila Sin, enak banget di elus-elus sama vaginamu. Uuuhhh”
Sinta mulai mempercepat gesekan maju-mundurnya vaginanya di penisku. Panisku yang udah basah membuat Sintia makin mempercepat gesekannya.
“Aaaaahhh aku keluaaarrr... aaaahhh.. ooooouuhhh...”
Sintia ambruk diatasku. Lalu kami berciuman dengan penuh nafsu, mencoba membangkitkan nafsu Sintia untuk melanjutkan sesi berikutnya. Aku tarik tali kimononya dan akhirnya meloloskan kedua payudara yang montok itu berada di depan mataku. Mulai kuciumi peyudara yang mulus itu, putingnya yang berwarna coklat aku gigit kecil hingga Sintia melenguh.
“Aaaaahhh enak Taaarrr.. teruuss isep sampe kamu puas sayang.. aaaahhh”
Kumainkan payudaraya sesukaku hingga bekas cupangku membuatnya semakin memerah. Kulihat Sintia melepas kimononya sambi aku tetap menjilat dan mengulum puting coklat itu. Tak lama kemudian, tangannya mulai meraba penisku, mengocok pelan sambil posisinya masih diatasku.
“Nikmati seranganku yaa Taraa.. oooouuhh.. aahhh mentok Taarr.. uuuuhhh.. memekku ga tahan Taarr.. aaahhh” Erangannya mulai kacau setelah Sintia berhasil memasukkan penisku di vaginanya. Karena vaginanya sudah basah, penetrasiku menjadi lebih mudah. Kumulai menggenjot vagina Sintia dari bawah dengan posisi dia seperti doggy style. Genjotanku makin lama makin cepat membuatnya semakin ingin orgasme lagi sambil ku remas-remas pantatnya.
“Aaahhhh Taaarrr... ooouuhh... aaaahhh... teruuuss aaahhh.. gilaaa Taaarr kontolmuuu aaaahhh... teruusss enak bangeett.. aaahhh..”
Tak ingin Cintia orgasme duluan, aku cabut penisku ketika vaginanya mulai menyempit.
“Aaahhh kok dilepasss.. Tar”
“Iya, keburu kamu keluar nanti. Sini doggy dulu Sin.” Sintia menuruti apa kataku, dia langsung membelakangiku, menarik bongkahan pantatnya agar lubang vaginanya terlihat dan mempermudah memasukkan penisku.
“Aaaahh enak banget Taarr kontolmuu.. aaaahhh.. sodok terusss oohh..”
Aku tak menghiraukan apa saja yang Sintia katakan, aku hanya ingin menikmati tubuh mulus ini.
Plokk.. plokk ..plokk.. plokk.. suara genjotanku semakin terdengar nyaring. Erangan Sintia juga makin keras tanpa ditahan lagi.
“Ooouuhh Taarr.. teruuuss yang dalemm sayannngg.. ooouuhh.. dikit lagi aku keluaaarr..”
Sekitar 10 menit aku menyodokkan penisku dalam-dalam di vaginanya, sambil aku remas-remas payudaranya. Sesekali aku tarik tangannya ke belakang hingga kepalanya menengadah ke atas. Tak lama kemudian vaginanya mulai menyempit.
“Aaaahhh Taarr aku kelluaaaarrr aaaahhh... aaaahhhh.. oooohhhh.. uuuummmhh.. aaahhh..”
Tahu Sintia sudah orgasme, aku makin mempercepat genjotanku pada vaginanya, berharap dia bisa mendapatkan multiorgasme.
“Oooouuhh enaaakk Taarrr.. nggak habiss habiisss... aaahhh.. aaaahhh.. uuddaaaaahhh Taarrr... ooouuhhh...” Lenguhan panjang tersebut berhenti ketika badannya ambruk dan telentang di kasur. Gadis cantik ini terlihat lemas tak berdaya. Lalu aku tindihin badannya, ku ciumi bibir dan lehernya.
“Enak Sin? Sampe lemes gitu kamu, kaya habis diperkosa aja. hehehe..” Ejekku menggoda
“Sial kamu Tar, gila kontolmu. Sampe lemes gue. Udah sejam lebih lho, gue udah keluar 7x, lo belom juga.”
“Gara-gara pil tadi mungkin Sin, emang itu obat kuat? Kamu ada-ada aja bisa dapet barang gituan.”
“Hahaha.. udah, nanti lo tau sendiri. Ayok sini masukin lagi Tar.” Sintia mulai membuka bibir vaginanya. Aku pun langsung memasukkan penisku dalam-dalam ke vaginanya. Sintia mengambil posisi tidur telentang, tapi kedua kakinya dirapatkan ke kanan. Dengan begini penetrasiku bisa makin dalam lagi di dinding vaginanya.
“Uuuhh.. pelan-pelan Tar, mentok banget ini. Tapi gileee eenaaakk.. aaahhh”.
“Aaaahh enak banget Siiinn.. dalem bangeett.. aaaahhh aaahhh...”. aku mulai mengerang kenikmatan sambil mempercepat genjotanku.
“Gilaaa... uuuhhhh aku keluarin dalam apa luar niiihh aaahh aahhh aahhh”. Vaginanya terasa makin menjepit penisku sangat rapat.
“Sini Tar, tumpahin di perutku aja spermamu.. uuummmhh..”
“Aaaahhh Siiinnn aku keluaaaaarrr.. eeehhh eehhh eehhh..”. Spremaku tumpah di perut dan payudaranya sangat banyak. Lalu Sintia dengan sigap memegang penisku dan mengulumnya hingga bersih. Badanku roboh disampingnya. Lalu kuambilkan tisu buat bersihin sisa sprema di perutnya.
“Spermamu kentel juga ya Tar, gampang bikin hamil nih. Gue juga pas lagi subur, biasanya pacarku juga keluar di dalem kalo lagi nggak subur.”
“Ahh masa Sin, aku malah nggak tau. Yang aku tau vaginamu nikmat banget, bisa ngempot-ngempot gitu.” Candaku sambil mengelus-elus vaginanya lagi.
“Iya donk, hebat kan memek gueee? Tapi gile juga kontolmu itu Tar, aduuhh.. mentok tok tok.. Oiya besok malem kamu kemana?”
“Besok malem mungkin kuliner. Mau ikut?”
“Ohh.. gampang deh besok, ayok tidur dulu. Tau-tau udah tengah malem aja.”
“Yapp.. sini aku peluk dari belakang.”
“Oiya obat tadi itu longlasting lho, bisa sampe 3 hari efeknya. Sengaja aku kasih biar besok kamu bingung cari lawan. Hahaha..”
“Hahh serius? Trus kamu nggak tanggung jawab gitu?”
“Hahaha.. whatever.. udah ahh.. ayok tidur”.
Kami pun tidur telanjang hingga pagi, membiarkan kamera GoPRo merekam kami hingga batrainya habis. Kami terbangun jam 7 lalu mandi bareng, lalu bergegas sarapan di hotel. Setelah itu Sintia aku antar pulang pakai taksi dan aku langsung menuju ke rumah temanku untuk pinjam motor. Setibanya dirumah Iwan, aku dipersilahkan masuk sama sopir bokapnya. Lalu kami berjalan menuju garasi motor, dan betapa kagetnya aku setelah melihat isi garasinya si Iwan. Bukan cuma motor yang berjejer rapi, tetapi disitu ada Maya yang lagi ngelap R6 kesayangannya.
“Lhoo Tara? Lo temennya kak Iwan? Kok bisa kesini?”
“Iya May.. kamu adiknya Iwan? Yaahh kecil ya isi bandung itu. Hahaha..”
“Siaall.. eh lo dikasih pinjem yang mana sama kak Iwan? Kalo R6 ini punya gue, ga ada yang boleh naikin kecuali kak Iwan.”
“Iya kemarin sih mau dipinjemin R6 itu. Tapi aku nggak tau kalo itu punya kamu May. Sorry yaa.. aku telfon dulu aja si Iwan.”
“Bentar, bentar, gue aja yang telfon. Emang lo mau riding kemana? Udah tau jalannya?”
“Iya, mau naik ke Tangkuban Perahu. Asik tuh kayaknya.”
“Gini aja, ayok gue temenin. Ini R6 aku pake, lo pake yang mana tinggal pilih. Kecuali si Desmo itu.”
Iya, di garasinya ada Desmosedici RR, replika Ducati MotoGP yang harganya selangit itu.
“Oke oke, kalo GSX is it okay?” Tanyaku sambil nunjuk Suzuki GSX1000R.
“Oke, itu jarang keluar. Pake aja. Kalo gitu gue mandi dulu. Lo siapin sendiri ya motornya, sekalian gearnya dipake.”
“Siaaapp”. Aku pun mulai menyalakan motor pilihanku untuk memanasin mesinnya, lalu aku pakai jaket dan sarung tangan Dainese, ganti sepatu dengan Dainese Axial Pro-in, celana riding Respiro berbahan jeans, serta helm Arai kesayanganku. Meskipun tidak kebut-kebutan, protektor badan wajib dipakai ketika bermotor. Karena keselamatan dan kenyamanan berkendara itu nomor satu. Aku selalu ingat dengan kata-kata temanku, Ride safe if you want to ride longer. Jadi kalau ingin menikmati riding lebih lama, kita harus memproteksi diri sendiri. Sekitar 45 menit Maya datang dengan riding gear yang lengkap. Tak berbeda jauh, dia memakai jaket ketat dari Dainese khusus cewek, sarung tangan dan sepatu boot Alpienstar, serta helm Shoei.
“Okay, lets ride!!”
“Lets go. Aku didepan ya May.”
“Oke Tara, sipp.”
Akhirnya kita berangkat ke Tangkuban Perahu dan menikmati suasana gunung tersebut. Tak lupa kami berfoto-foto dan mengunggahnya ke media sosial. Sekitar 2 jam disana, kami pun turun untuk melanjutkan cari kuliner. Targetku sampai malam harus kuliner. Lalu sekitar jam 7 kita berdua sampai di rumah Maya lagi. Lalu ketemu sama si Iwan yang baru tiba di rumah.
“Bro, gimana kabarnya? Sorry aku pake GSX nya, lha R6 itu punya adikmu ternyata.” Tanyaku ke Iwan
“Iya bro, aku lupa. Itu juga baru beli, buat ulang tahunnya si Maya. Aku kasih GSX tapi nggak mau. Lo nggak mampir dulu nih?”
“Enggak bro, aku balik aja ke hotel. Motor aku bawa dulu ya? Sebelum pulang aku balikin.”
“Its okay bro, bawa aja. Thanks ya udah jagain adik gue.”
“Sama-sama bro, okay aku cabut dulu ya. Seeyou bro”.
Aku pun segera pulang ke hotel karena capek banget. Capek badan karena Bandung juga macet banget, panas, juga gara-gara penisku sering ereksi tiba-tiba. Keras banget sampai kerasa sakitnya. Sial nihh gara-gara obatnya Sintia pikirku. Sesampainya di hotel, aku langsung mandi dan tidur.
Pagi hari setelah sarapan, aku kembali bergegas memakai riding gearku. Mumpung masihjam 9, pikirku bisa riding kemana-mana. Tapi tiba-tiba pintu terbuka diiringi oleh teriakan 2 orang cewek.
“Surpriiiissseeee!!!”
“Astagaaaa kaliiaaann.. kok bisa masuk kesini? Bikin kaget aja!!”. Teriakku tak kalah kencang melihat kelakuan Maya dan Sintia.
“Yaapp kemarin aku bawa kunci cadanganmu. Hahaha..” Teriak Sintia sambil menutup pintu kamar.
“Oke oke, trus ada apa nih kalian pada kesini pagi-pagi? Mau nyulik aku ato gimana? Ato mau ngerampok juga silahkan”. Tanyaku keheranan sambil betulin posisi penisku yang mengeras melihat 2 cewek cantik ini.
“Hahaha kok lo jadi pasrah gitu sih Tar, mana tingkah lo betulin celana gitu, lucu banget. Hahaha..” kata Maya
“Kayaknya obat yang kemarin masih ngefek tuh May. Kasian banget si Tara.” Kata Sintia.
“Sial kalian ini. Kamu cerita apa aja ke Maya? Kok mencurigakan. Kalian seolah-olah bersekongkol.”
“Logat lo kaya sinetron aja Tar. Hahaha.. jadi ya si Maya udah tau semuanya, semalem Maya bilang kalo habis turing sama kamu. Akhirnya aku ceritain juga kalo malem sebelumnya aku tidur sama kamu. Kita berdua selalu cerita masalah gituan. Tapi enggak ke Rena sama Rika.” Kata Sintia
“Kalian ini ada-ada aja. Coba tadi pas kalian teriak-teriak gitu pas aku lagi nidurin cewek kan ga lucu, dikira grebekan.”
“Halaahh bisa aja lu Tar, sini!!”. Kata Sintia yang mendorongku ke tempat tidur hingga aku telentang. Lalu tanpa jeda, Maya menaikiku dan melepas semua baju dan celanaku hingga aku telanjang bulat.
“Wowowoww.. bener juga foto yang lo kirimkan Sin, panjang gilee..” kata Maya sambil pegang penisku. Maya langsung ambil posisi untuk mengulum penisku dengan nafsunya.
“Ummhh.. ssllrrp.. sssllrrppp.. emmmhh panjang bener.. eemmhh mentok tenggorokan nihh.. ummmhh sllrrppp..”
“Aaaahhh enak banget Mayy.. ooohhh, gila kulumanmuuu... uuuhh” aku sedikit meracau menikmati kuluman super dari Maya. Jam terbang tinggi nih pikirku.
Ketika Maya sibuk dengan penisku, Sintia sudah telanjang bulat dan menaiki badanku. Diarahkannya bibir vaginanya ke mulutku, tanda minta dijilat dan disedot. Aku jilat vaginanya yang bersih tanpa bulu hingga ku masukkan lidahku ke lubang vaginanya.
“Aaaahhh enaak Taarr.. uuummhh... pagi-pagi olahraga senggamaa.. aaahhh” Sintia mulai melenguh dan mulai menggesek-gesekkan vaginanya di mulut hngga hidungku. Aku hanya bisa pasrah melakukan tugasku untuk mengantar Sintia ke orgasmenya yang pertama. Kuremas-remas payudara dan bokongnya, sambil sekali-kali kuelus-elus lubang pantatnya.
“Aaaahhh Taaarr mau nyampeeee.. ooohh ooohhh ooohhh...” teriak Sintia sambil menjambak rambutku. Dan akhirnya tubuh itu mengejang diatasku tanda mencapai orgasmenya.
“Ooooohh gue keluaarrrr.. aaahhh..”
“Enak Sin? Sini gantian lu yang nyepong kontolnyaTara.”
Tanpa menjawan, Sintia turun dan langsung mengulum penisku dengan lembut. Sekali-kali dijilatnya buah zakarku.
“Aaaaahh enak Siiinn.. teruuuss..mmmpphh” belum selesai aku bicara ke Sintia, wajahku dibenamkan Maya dibawah vaginanya. Maya masih memakai rok sepaha dan kaos pendek, dia hanya melepas g-stringnya.
“Emmhh ssssllrrpp ssllrrpp.. vaginamu lembut banget May, wanginyaa.. mmmhhh”
“Aaahhh sodokin Tar pake lidah lo, aaahhh.. aaahh.. gue mau nyampeekk aaaahhh..” kini vagina Maya aktif menggesek mulut dan hidungku hingga aku tidak bisa bernafas.
“Taaarrr gue keluaaarrr.. aaahh aaaaa... ooohhhh” Maya mencapai orgasmenya yang pertama. Cairannya hingga mengalir di wajahku. Kini wajahku basah terkena cairan cinta mereka berdua. Maya pun beranjak dari wajahku sambil menampar pipiku. Entah apa artinya.
“Gue duluan ya Sin, elo kan udah kemarin.” Kata Maya sambil melepas semua bajunya. Tubuh telanjang itu begitu sempurna, tinggi langsing, dipadu dengan payudara yang padat membusung, dan pantat yang montok.
“Silahkan pricess, kontolnya sudah saya keraskan buat princess.” canda Sintia.
“Aaaaahh oooohh ooohh, sssshhh nikmat banget Taarr.. aahhhh” Maya mulai mengerang dengan kepala mendongak ke atas, meresapi kenikmatan pertama dari penisku. Vagina Maya memang tak sesempit milik Sintia, tapi gerakan-gerakannya yang membuat kepalaku makin pusing karena kenikmatan ini. Maya mulai menggenjot penisku naik-turun dengan lembut. Dia tancapkan penisku mentok di vaginanya dan membuat Maya merem-melek menikmati penis panjangku. Lalu Sintia ikut menaiki tubuhku, kini mereka berdua berhadapan dan saling berciuman dengan lembut. Sesekali saling menciumi payudara cewek didepannya. Maya termasuk cewek yang bisa orgasme dengan mudah. Sekitar 20 menit penisku digenjot Maya, dia sudah 5x mengalami orgasme. Lalu orgasme terakhirnya berlangsung panjang.
“Aaaahh Taaaraaaaa ooohhhh kellluarrrr lagiiiii.. aaaahhh.. ooohhh.. oohhh.. ooohhh.. eeemmmhh”
Tubuhnya ambruk dipelukan Sinta yang masih berada diatasku. Kini Maya telentang dikasur untuk istirahat. Sementara itu, kini giliran Sintia yang meminta kepuasan. Ku tarik tangannya dan kuarahkan untuk bersandar pada meja kerja dengan posisi nungging. Tanpa jeda, aku tusukkan penisku ke vaginanya pelan-pelan.
“Aaaaahhh lagi-lagi mentok Taaarr.. oohhhh.. enak bangeett.. aaahhh.. genjot terus sayanggg..” Sintia mulai mengerang
Kutusuk dalam-dalam tiap genjotanku, membuat Sintia berteriak keenakan.
“Aaaahh ampuunn Taarrr oohhh.. oohhh.. ooohhh.. amppuuuunn aaaahhh.. gue keluaarrrr ooouhhh.. ooohhh..”
Kuberi waktu sebentar untuk Sintia agar mengatur nafasnya lagi. Lalu mulai kugenjot lagi dengan posisi yang sama. Sintia lagi-lagi mengalami orgasme yang kesekian kali. Vaginanya yang ngempot membuatku tidak berdaya lagi. Sekitar 15 menit aku merasakan kalau aku sudah mendekati ejakulasi.
“Aaaaahh.. aku mau keluaaarr Siinn.. aaaahhh..”
Lalu aku cabut penisku dari vaginanya. Sintia yang sadar aku mau keluar langsung mengambil posisi jongkok sehingga wajahnya berada didepan penisku.
“May sini Mayy..”
Maya tidak menjawab, mungkin sudah ketiduran dia. Setelah dikulum oleh Sintia, penisku tidak jadi ejakulasi. Disedot-sedot pun tidak kunjung keluar.
“Susah amat sihh Tarr.. uuummhh tumben, uummhh..” Sintia sudah tidak sabaran ingin menelan spermaku lagi.
“Aaaahhh kok tiba-tiba nggak jadi yaa Sin.. uuhh.. coba berdiri sin, aku masukin lagi yaa. Eeehhh”. Aku mengajak Sintia berdiri dan duduk dipinggir meja, sedangkan kaki kirinya aku letakkan di kursi. Aku sodok lagi dalam-dalam penisku di vagina Sintia dengan sangat bernafsu.
“Eeeghhh.. eeghh.. eeghhh.. vaginamu Siiinnn oohh.. ngempot banget, gilaaakk..eeeghhh eegghh..”
“Genjot teruss Taarrr.. ooohhh gue mau keluar lagi niihh oohh.. oohh.. Taraaa... aaahhh kellluaarrrr”
Vagina Sintia yang makin banjir membuatku semakin mendekati orgasme. Ku genjot lebih cepat penisku hingga betul-betul mentok pada dinding rahimnya.
“Siiiinn aku keluaaaarrr.. aaahhh... ooohhh.. ooohhh...” Kucabut penisku dan kusemprotkan spermaku di perutnya hingga menetes sampai di kakinya.
“Gila Tar, thanks yaa.. enak banget pagi-pagi udah diperkosa lagi. Mmuach..” Sintia menciumku lalu menyusul Maya untuk tiduran lagi. Kulihat Maya masih tertidur pulas, mungkin saking capeknya. Akupun tidak jadi pergi riding, malah menemani 2 bidadari ini tidur sampai siang. Lalu akupun terbangun karena tiba-tiba penisku dikulum oleh Maya. Ternyata dia belum puas atas permainan tadi.
“Mmmhh.. ssllrrpp ssllrpp.. uummhh..” Maya mengulum penisku dengan nafsunya. Lalu tak lama kemudian dimasukkannya penisku di vaginanya lagi.
“Uuughh.. mentok banget aahhh..”
“Bentar May, kalo kita main dikasur nanti si Sintia bangun lagi lho, kasian dia capek.” Lalu aku mengajak Maya untuk pindah ke sofa dan kuatur posisinya agar doggy style di atas sofa. Ku genjot sebisanya karena kakiku sudah terasa lemas setelah melayani Sintia dengan posisi berdiri. Kami pun bertahan di posisi itu selama 15 menitan dan tak terhitung berapa kali Maya mengalami orgasme.
“Aaaaahhh Taarr gue keluaaarrr lagiii.. ooouuhhh.. oohhh ooohh...”
“Aku juga Maaayyy.. dalem apa luaarr.. eegh.. eegh.. eegh..”
“Daleemm Taarr.. oohhh oohhh... ayook barenng.. gue mau lagiiii.. aaahh aaahh... aahh.. sodok yang daleemm aaahhh..”
“Eeeghh aku keluaarrr.. oouuhhh oohhh.. oohhh..”
“Gue jugaaa Taaarrr aaahhh... mmmhhh..”
Spermaku yang keluar sedikit karena sudah dikuras dari malam pertama aku di Bandung. Karena sedikit, spermaku terbawa cairan cinta Maya keluar dari vaginanya. Pengalaman yang luar biasa bagiku, nggak pernah kebayang bisa ngesex dengan 2 cewek sekaligus.
“Kalo ke Bandung lagi bilang ya Taraa.. kita seneng-seneng lagi kaya pagi ini.” Kata Maya sambil menuju kasur untuk tiduran lagi.
“Iya May, tenang aja. aku kabar-kabar pastinya.”
Kami pun tertidur lagi bertiga, pakaian kami masih berserakan di lantai. Hingga terbangun jam 3 karena perut rasanya lapar banget. Setelah mandi, kami bertiga jalan ke TSM untuk makan di food court. Setelah itu Sintia dan Maya pulang sebelum terlalu malam. Setelah mereka pulang, aku iseng-iseng buka GoPro yang kemarin ngerekam adeganku dengan Sintia. Setelah itu aku transfer ke laptop untuk dijadikan kenang-kenangan. Besok aku harus pulang ke Surabaya dengan pesawat sore, jadi malam ini aku harus berkemas. Paginya setelah sarapan aku balikin motor ke Iwan, dan pastinya ketemu sama si Maya lagi. Lalu Maya mengantarku balik ke hotel. Waktu itu dia memakai mini dress tanpa lengan yang ditutupi dengan cardigans.
Sesampainya dikamar, aku isengin untuk minta jatah lagi ke Maya. Setelah kututup pintunya, aku pepetin Maya ditembok sambil kami berciuman dengan nafsunya sambil kuremas-remas payudara dari balik minidress nya. Karena tak tahan lagi, aku rebahkan Maya di tempat tidur lagi aku lepas celana dalamnya. Lalu kulepas celana panjangku dan langsung ku masukkan penisku ke vaginya Maya. Ku entot dia dengan posisi doggy style.
“Eeegghhh... sorry Mayy aku nggak tahann.. eeghh..eeggh.. eeghh..”
“Aaahh teruss Tarr.. ooouhh, gila enakk banget Tarr.. aahh aaah..”
Aku terus menyodokkan penisku dalam-dalam di vaginanya, hingga Maya orgasme lagi. Sekitar 10 menit di posisi ini, vagina Maya terasa makin menjepit erat, tanda dia akan orgasme.
“Oooouuhh.. guee keluaarr.. aahh aaahhh..” teriak Maya sambil mencengkeram seprei kasurku.
“Aku juga Maayyy.. aahhh aahhh.. ahhh..” akhirnya spermaku keluar di dalam rahim Maya. Tapi karena sudah dikuras habis-habisan, hampir tidak ada yang meluber keluar dari vaginanya.
“Sorry May, keluar didalem. Kali ini aku bener-bener ga bisa nahan.”
“Santai Tar, enggak lagi subur kok. Lo emang kurang ajar, baru kenal udah ngajak ngentot mulu. Sialan.”
“Habis kamu juga cantik banget, seksi banget May, mana bisa aku tahan sama godaanmu kaya gitu. Hahaha”
“Halah, pinter nggombal lo ini Tar. Udah yuk check out, keburu kesiangan.”
Kami pun segera bebersih diri, merapikan pakaian kami lagi lalu check out. Setelah itu Maya ngantar langsung ke bandara. Sesampainya di Surabaya, kami jarang komunikasi. Cuma sekedar saling komen dan like di media sosial saja.
The end.

Mimpi yang Terbayar



Namaku Tara. Usiaku 22 tahun. Mahasiswa semester 3 di salah satu universitas negeri di surabaya jurusan ekonomi. Masa-masa kuliah kuhabiskan seperti mahasiswa semester awal lainnya, nongkrong, traveling super hemat, dan lainnya. Kondisi keuangan juga seperti mahasiswa lainnya, entah sengaja atau nggak sengaja sangat berhemat. Padahal ekonomi orang tuaku juga bagus. Satu malam, teman-teman kelompokku datang ke kosan untuk ngerjain tugas. Tapi begitu temen-temen dateng, ada telefon di hp ku dari nomor nggak aku kenal. Saat aku angkat, suaranya cewek.
“Haloo...”
“Haloo..dengan Tara?”
“Iya betul, ini siapa ya?” Tanyaku balik ke dia yang ternyata cewek. Tumbeenn..
“Coba tebak ini siapaaaa”. Si doi ngajak bercanda, tapi suaranya seperti nggak asing di telingaku.
“Lha ya nggak tauu.. siapa sih ini? Kok kayaknya suaranya aku hafal yaa?”.
“Hahaha.. iyaa, aku Ratna. Udah lupa yaa?”
“Hahh.. Ratna yang mana yaa...” Tanyaku sambil berfikir keras.
“Sebentar, ini Ratna kakak kelas waktu SMA?”
“Hahaha.. iyaa.. Ratna mantanmu”
Sial, kaget bercampur senang, bercampung entahlah.. bisanya dia langsung to the point gitu. Langsung aku basa-basi, tanya kabar dan sebagainya. Lalu aku bilang ke temen-temen kalau ada telfon penting, jadi nggak bisa ikut ngerjain tugas, titip nama aja. Hahahaa..
“Ketemuan yuukk... Kita lama nggak ketemu..”.
Udah kaya dikasih pancingan ayam goreng, langsung aja aku iyain.
“Oke kapan? Aku free kayaknya rabu malam, kalau nunggu jumat atau sabtu malem kelamaan nanti. Lagian rame banget dimana-mana”. Pintaku.
“Oke rabu malem bisa, kamu jemput ke kosku yaa. Aku kos dibelakang kampus. Pastinya kamu udah sering lewat situ.”
“Oya? Aku sering banget pulang lewat belakang kampus. Tapi nanti kalo aku jelek jangan diketawain yaa..”
“Iyaa, masa masih jelek kaya dulu kamu? Hahaha.. udah, yang penting keluar sama kamu. Kalau gitu sampe ketemu rabu malem yaa.. Can’t wait for that day”. Godanya.
“Hahahaha.. bisa aja, yapp seeyou Ratna”.
“Seeyou too Taarr”.
----------------------
Tiba-tiba datanglah hari rabu yang ditunggu-tunggu. Jam 5 aku mandi, persiapan, dandan biasa, mobil sudah dicuci, jam 6 siap berangkat. Alamat kos udah ditangan, segera aja aku berangkat ke kosan Ratna. Setibanya dikosan Ratna, langsung aku telfon dia biar segera turun.
“Haloo.. Na, aku udah didepan gerbang. Kamu udah siap kan?”. Tanyaku.
“Iya Tar, bentar yaa aku kebawah. Ini udah siap kamu ajak jalan kok”. Candanya.
“Lhaaahh kan situ yang ngajak jalan, bukan aku. Hahahaha”.
“Halah.. sama aja, ntar juga kamu yang ganti ngajak jalan”.
Nggak sampai 3 menit, Ratna keluar dari gerbang. Udah 2 tahun nggak ketemu, doi makin cantik aja pikirku. Posturnya tinggi, mungkin lebih tinggi dia daripada aku. Dengan rambut lurus sebahu, wajah oriental, nggak terlalu kurus juga. Ratna memakai kemeja warna putih tulang yang tipis, sehingga bra hitamnya terlihat menerawang dan dipadukan dengan rok hitam ketat selutut. Sejenak aku perhatiin leher jenjangnya nan mulus, lalu turun buah dadanya, ukurang 34B, nggak terlalu besar tapi cukup bikin nelan ludah, pantatnya juga lebih montok. Agak berbeda memang ketika aku masih pacaran dengannya. Saat itu aku masih kelas 2 SMA, dia sudah kelas 3. Termasuk cewek idola dan banyak banget yang naksir dia waktu itu. Tiba-tiba lamunanku terhenti.

Ratna

“Heeyyy... ngelamun apaan hayoo.. ayok berangkat.. mata kamu mulai nakal lagi tuhh. Hati-hatii..”. Bentak dia sambil nabok lenganku dengan tasnya.
“Hahaha... sorryyy.. habis kamu makin gitu sihh, jadi gimanaaa gitu. Sorryy sorryy..”. Kataku sambil ngusap-ngusap mata biar melek lagi.
Lalu Ratna langsung masuk mobil tanpa ngomong apa-apa. Langsung aku arahkan mobil untuk masuk Mall Tunjungan Plaza. Tapi karena jam pulang kerja, macetnya minta ampun. Macet dijalan, macet diparkiran. Alhasil kita dapet parkiran di rooftop, beratapkan langit. Aku dan Ratna langsung masuk mall untuk makan, lalu berhenti di salah satu outlet untuk cari bikini. Ratna masuk, sedangkan aku nunggu didepan outlet.
“Tar, yang ini bagus nggak? Cocok sama aku nggak?”. Tanya Ratna sambil pegang bikini two-piece.
“Kurang oke Na, emang mau dipake dimana?”
“Aku mau sewa private villa di Bali sama temen geng, jadi beli yang seseksi mungkin. Toh yang lihat cuma cewek-cewek. Hahaha..”
“Wahh.. kalo gitu coba yang one-piece yang itu sama two-pieces yang diatas itu”. Aku menunjuk bikini one-piece hitam transparan yang seksi, bagian perut tetap kelihatan, belahan dada bawah juga terekspos jelas, cuma menutupi area vagina dengan minim, serta bikini two pieces yang sangat tipis.
“Hehh pinter banget kamu yaaa.. Oke aku ambil deh”.
Setelah capek jalan-jalan sambil nostalgia, kita balik ke parkiran untuk pulang. Waktu kami berjalan menuju mobil, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Untung kita nggak basah kuyub. Sampai dimobil, langsung aku nyalain mesin dan ac. Hujannya sangat deras hingga lampu parkiran pun tidak kelihatan. Aku lihat si Ratna agak bingung karena bajunya yang basah. Karena bajunya tipis, bra yang ada didalamnya tercetak sempurnya.
Sejenak aku terdiam, dan tiba-tiba aku memberanikan diri untuk mencium pipinya. Si Ratna yang masih ribet dengan bajunya pun kaget. Tas dan bawaannya lalu dilempar ke jok belakang dan langsung menarik tangan dan leherku. Diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Aku pun membalas ciumannya tidak kalah bernafsu.
“Eeemmmhh.. Ohh Taarraa..”
Ciuman kami semakin panas ketika Ratna menarik badanku untuk berpindah ke kursinya. Tanpa melepas ciuman kami, posisiku sekarang jadi menindihnya. Kualihkan ciumanku kebelakang telinga Ratna. Sekejap pun dia langsung melenguh sambil menggigit bibir bawahnya.
“Eeehh.. Taaarr.. Uuuhh, mmmpphh”
Lalu kuarahkan ciuman dan jilatanku di leher jenjang nan wanginya. Ratna pun tak berhenti mengeluh. Sepertinya jiwanya sudah melayang-layang.
“Naaa...lehermu Naaa.. Uuummhh.. lembut banget, eemmhh.. wangi banget Naa... Uummhh..”
“Terus Taaarr...aaaahhhh, terus manjain leherku Taarr....uuuhhhh.. mmmhh..”
Tanpa bertanya, aku mulai lepas kemeja tipisnya yang basah sambil aku mundurin maksimal joknya ke belakang. Tak sedikitpun kulepas ciumanku pada leher, bibir, dan telinganya. Hingga aku selesai melepas kemeja dan bra hitamnya yang tipis. Lalu aku turun ke payudaranya, aku jilat habis-habisan hingga Ratna terus melenguh.
“Aaaahh.. Taarrr.. Enaaakk, eeeghhh...”
Sambil tetap aku menjelajah payudara kanan dan kirinya yang sangat mulus dan wangi, aku beri jari telunjukku untuk diemut sama Ratna.
“Uummhh... Eeemmhh... Tarrrrr... ennaak Taarr...”
Tak lama setelah itu, karena tangan kanan sedang dimainkan oleh bibir Ratna yang tipis itu, dimaikan oleh lidahnya yang lincah, tangan kiriku mencoba menarik celana dalam dari dalam rok ketatnya yang ternyata sudah basah oleh cairan vaginanya. Sambil terus memainkan payudaranya, aku lepas celana dalamnya dan kuangkat roknya hingga ke pinggang. Lalu seketika aku lepas semua penetrasiku di payudaranya dan berpindah ke vaginanya.
Sejenak aku coba lihat keluar kaca, hujan turun makin deras. Pastinya nggak akan ada petugas parkir yang keliling area parkiran. Lampu kabin juga nggak kunyalakan agar aman.
Kubenamkan wajahku ke selangkangannya, aku jilat-jilat vagina yang tak dikelilingi bulu tersebut.
“Uuummhh.. kamuuuhh..aahhh pinnnteeer Taaaarrr.. uuuhhhh, iiiyaa yg itttuuu aaaahhh aaaaahhh, aku ga tahan Taaaarrr...”
Kupercepat jilatanku pada vaginanya agar Ratna segera memperoleh orgasme.
“Uuummhh..enak Naa? Uuummhh, sslllllrrp....mmmmhhh”
Tangan kananku tak hentinya memainkan payudara mulusnya, sambil makin mempercepat jilatanku pada vaginanya, hingga akhirnya tangan kiri Ratna menjambak rambutku dan mempererat jepitan selangkangannya pada kepalaku, dan tangan kanannya ikut meremas payudaranya sendiri.
“Taaaarrrr... aaaaahhhh... akuuuu keelluaaaaarrrr...aaaahhhh, aaaaaahhhh...uuuummmmhh...” Ratna pun gelenjotan menikmati orgasmenya. Tak lama kemudian, tangannya mengusap-usap penisku yang sudah keras dari luar celana.
“Ayok langsung masukiiin Taaarrr.. Entot aku Tarr.. uuuhhh..”
Berhubung aku juga tidak tahan lagi dan hujan masih deras, aku turuti apa maunya Ratna. Tanpa menunda-nunda, aku lepas celanaku dan langsung aku masukkan penisku kedalam vaginanya.
“Uuugghh...sempitnyaaaa Naaaa... aaahhhh”
“Aaaaaahhh...pelaaann Taarr, uuuhhh....”
Hanya separuh penisku yang baru bisa masuk kedalam vagina Ratna. Sambil kugenjot pelan-pelan, tapi belum juga masuk sepenuhnya.
“Naaa... nggak masuk-masuk niiihh, uuuhhhh”
“Itu kontolmu kegedean apa gimana sih Taarrr.. ini  nggak gede-gede amat tapi panjang bener ini Taarr...uuuhh..mentok daaahh, uuuummmhh pelan sayanghh..”
“Iya Naaa... nggak gede yang penting staminanyaa..uummmhhh”
Setelah pelan-pelan berusaha, akhirnya penisku bisa masuk sepenuhnya di vagina Ratna.
“Aaahhh...mentok Taarrr...eeennaaakk...cepeeett genjot aaaaahhh”
Aku pun mempercepat genjotanku pada vagina Ratna hingga mentok
Plok..plok..plok..plok..plok... desahan demi desahan kami keluarkan atas kenikmatan yang mendadak ini. Kepala Ratna hingga mendongak ke atas dan matanya merem-melek atas sodokan maksimalku ini.
“Aaaahhh... uuuhhh... lebih ceppeetttt aaaahh.. akkuuuu mauuu kelluaaaarr... aaahhhh...”
“Iyaaa Naaa...akuu jugaaaa eeeegghhh...”
Sambil ku pagut bibir tipisnya, serta kuremas-remas payudaranya, genjotanku makin ku percepat hingga akhirnya Ratna mulai menggelinjang dan meremas punggung dan bokongku
“Taaaarr... aaaaahhhh...akkuu kelluaaaaarr..aaahhhh eennaaakkk...”
“Aaaahhhh..akkuu juga Naaa....uuuhhh diluar aja yaaa...”
Lalu aku cabut penisku dari vagina Ratna yang sangat basah jarena cairan cintanya dan ku arahkan ke payudaranya yang indah itu. Lalu langsung disambut oleh tangan Ratna dan langsung dikocoknya penisku dan dikulumnya habis-habisan. Gilaa sedotannyaaa
“Aaaahhh sedot terus Naaa.. aaaahhh Naaaaaa akkuu kelluaaarrrr.. aaaahhh aaahhhh.. uuughhhh...”
Croott... crooottt... croottt...
Akhirnya aku menumpahkan cairan maniku didalam mulutnya Ratna. Dia terus mengulum hingga penisku bersih. Dan ternyata semua maniku ditelannya tanpa sisa. Hebat.
“Naaaa... makasih yaaa... gila enak banget vaginamu Naaa...”
“Iyaa Tar, aku juga makasih yaa..udah diangetin sama kamu. Nggak nyangka yaa.. maaf lho yaaa.”
“Aku yang maaf, bikin kamu berantakan gini. Hahaha...”
Lalu aku cium bibir tipisnya dan beranjak ke jok sopir.
“Taarr..jangan kapok ya aku ajak jalan-jalan.”
Kata Ratna sambil memakai bra dan kemejanya. Lalu celana dalamnya dimasukkan ke laci mobilku.
“Ini buat oleh-oleh, jangan dibuat onani yaa. Hahaha”
“Hahaha.. siaaalll”.
Aku kehabisan kata-kata. Hujan sudah agak reda, lalu kami memutuskan untuk langsung pulang.
------------------------
Beberapa hari kemudian si Ratna telfon, tanya hotel yang biasanya aku atau orang tuaku nginep.
“Tar, kamu biasanya nginep hotel disini dimana ya?” Tanya si Ratna.
“Lahh dimana yaa, aku nggak sering nginep hotel disini. Emang buat siapa?”.
“Buat temenku, dia dari Jakarta mau main kesini beberapa hari. Eh, kamu bilang nggak sering nginep hotel disini. Emang kamu ngapain nginep hotel? Hayoo..”
“Ya rahasia doonkk. Mau tau ajaa. Hahaha.. Kalo biar deket kosmu sih mending hotel A itu. Nggak terlalu mahal, kamarnya lumayan bagus.”.
“Ohh iya, nanti aku sampaikan ke temenku. Makasih yaa Tar”
“Iyaa sama-sama Naa, kirain kamu yang mau nginep”
“Iisshh, maunya kalo sama kamu Tar. Hahahaha”
Sial ini cewek mancing-mancing aja. Nggak sadar apa ini ikan hiu pake baju ikan pindang. Aku juga ga mau ngalah dong digodain gitu.
“Oke kalo gitu, kamu beneran mau? Senin sore aku jemput ya?”
“Hahh senin sore, cepet bangeeett.. Jadi malu niihh..”
“Lha maunya kapan, tahun depan? Selasanya kamu nggak ada kelas pagi kan?”
“Nggak ada sihh”
“Yaudah, senin sore jam 4 aku jemput. Oke?”
“Iya deh Tar. Hahaha.. sialan kamu ini Tar.. seeyou”
“Biariiinn.. seeyou too Naa”
Dan nggak tau kenapa, semua mimpiku saat SMA itu terwujud. Aku bakal bisa tidur sama Ratna. And it will happen!!
---------------------
Senin pun tiba-tiba dateng, padahal waktu itu direncanain hari Rabu minggu lalu. Senin siang sepulang kuliah, aku langsung ke hotel untuk check-in dan ambil kunci kamar. Setelah itu aku langsung ke kos untuk ambil baju ganti, karena selasa siang aku ada kelas. Sekitar jam 4 aku udah sampai didepan kos si Ratna. Ratna terlihat membawa tas ransel, mungkin isinya baju ganti sama kosmetik kali ya. Tapi tidak seperti kemarin, dia pakai celana jeans ketat yang sobek-sobek dibagian paha dan lutut dipadu dengan sweater tipis lengan panjang yang ketat.
“Tar, kita beli makan malem sekalian yuk, buat dimakan di hotel. Males juga kan keluar-keluar lagi kalo udah dikamar”
“Iya sih Na, pikirku juga gitu. Apalagi mendung kaya gini, kalo hujan nggak bisa cari makan kita nanti”
Alhasil kita drivethrou McD dan membungkus nasi ayam, burger, dan kentang goreng. Sepanjang jalan, Ratna tidak membahas malam hujan deras nan panas minggu lalu. Tapi lebih diam sambil mencari-cari channel radio yang bagus. Dan ternyata tidak ada yang dia sukai. Sekitar 10 menit, kami sampai di hotel dan langsung masuk ke parkiran.
“Kamarnya lantai berapa Tar?” Tanya Ratna padaku.
“Nanti kamu tahu sendiri kok, surprise doonnkk..” Candaku.
Lalu sampailah kami di lantai 15, karena sebelumnya aku pesan kamar dilantai atas yang ada bathup dan sofa, dan akhirnya diberi kamar di lantai 15.
“Wahh lantai 15, jadi kelihatan semua ya kota Surabaya? Besok pagi pasti bagus banget pemandangannya. Thanks yaaa”.
“Sama-sama Naa.. Lagian aku juga lama banget ga manjain diri, dikosan mulu. Biar nggak jenuh.”
Setibanya di kamar, Ratna langsung melempar tas ranselnya ke sofa dan melompat ke kasur.
“Aaaaaahhhh enaknyaaa.. ada kasur besaarr. Ada yang nemeniinn..” Katanya sambil gulung-gulung dikasur.
“Hahaha.. kamu lucu banget Naaa.. Udah lama nggak spending night ta?”. Candaku sambil ketawa lihat tingkahnya.
“Iya Tar, pengen curhat dikit nih jadinyaa.. Boleh yaa?”.
“Boleh laahh.. kenapa enggak, cuman itu heelsnya dicopot dulu, ga lucu kan kalo selimutnya jebol gara-gara heelsmu nancep situ. Hahahaha..”
“Mana bisaaa..”
Ratna melepas heelsnya dan kembali duduk di atas kasur.
“Jadi aku udah lama banget ga spending night sama pacarku, namanya Anton, udah hampir dua tahun. Kita putus gara-gara dia pindah ke Inggris buat ambil S2 nya. Padahal dia paling ngerti aku banget. Sekarang aku single, lagi enak-enaknya nikmatin masa kuliah. Udah beberapa kali hampir punya pacar brengsek, mau deketin gara-gara nafsu doank. Untung aja nggak sampe jadian. Jadi yaa mungking kalau nggak ada yang bisa nyamain dia, aku tolak aja. Toh juga lulus kuliah aku juga harus karir, gedein onlineshop ku. Betul kan?”.
“Setujuuu.. cewek sekarang harus bisa mandiri. Bukan buat banggain diri, tapi biar nggak ditipu suami juga.”
“Iya sih, betul juga katamu Tar, nanti aku bilang-bilang juga ah ke temen-temen. Hahaha”.
Lalu Ratna beranjak dan mendekatiku yang duduk di sofa. Lalu tiba-tiba dia naik di atas pahaku, menghadapkan payudaranya tepat di depan mataku sambil memeluk leherku. Si adek langsung tegang, jantung pun berdetak makin kencang.
“Taraa.. karena kamu udah nyenengin aku dari kemarin-kemarin, sekarang ganti aku yang nyenengin kamu.”
“Makudnya Naa? Aku nggak ngerti. Ato pura-pura ga ngerti aja ya? Hehehe”
“Sialan kamu Tar”. Kata Ratna sambil membenamkan mukaku ke payudaranya.
“Udah, peraturannya untuk hari ini sampai besok pagi aku yang berkuasa, kamu harus nurut sama aku dan nggak ada protes dan pertanyaan sama sekali. Paham Tara?”.
“Iyaa paham Naa. Aku turutin semua perintahmu. I’m officially yours tonight.”. Jawabku sambil ngelirik wajahnya dari balik payudaranya.
“Bagus. Kamu belum mandi kan? Sana mandi dulu, nanti ganti aku yang mandi”.
Ratna pun beranjak dari pangkuanku dan kembali ke atas kasur lalu menyalakan tivi. Aku pun mengambil baju ganti dan alat mandi yang aku bawa. Setelah mandi, aku memakai kaos pendek dan celana boxer. Lalu gantian dengan Ratna yang mandi sedangkan aku nonton tivi. Sekitar 15 menit, akhirnya Ratna keluar dengan mengeluarkan wangi yang menggoda hasrat semua laki-laki, dan memakai kimono yang disediakan hotel. Rambutnya diurai dengan makeup tipis. Sangat cantik. Kimono yang pendek mempertontonkan paha mulusnya seakan mengundang tangan ini untuk menjamahnya.
“Oke Tara, perintah pertama!”.
“Ohh siaap!! Apa perintahnya Ndoro Ratna?”. Godaku.
“Matiin tivinya, lalu duduk di sofa itu ya.”
Tanpa babibu aku langsung menuju sofa yang membelakangi jendela kaca, duduk anteng. Lalu aku lihat Ratna membuka semua tirai jendela sehingga pemandangan kota Surabaya malam hari terlihat jelas. Lalu Ratna mematikan lampu utama kamar karena terangnya cahaya bulan dan kota Surabaya sudah cukup menyinari kamar tersebut. Pikiranku makin liar membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan perlahan Ratna mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dan ternyata beberapa tali sepatu. But wait, itu untuk apa?
“Jangan tanya untuk apa tali sepatu ini, just silent and enjoy the show. Is it okay for you darling?”. Kata Ratna sambil menempelkan telunjuknya di bibirku.
Lalu tanganku diikat kebelakang sofa, serta kedua kakiku yang mekangkang di kaki sofa. Dengan masih menggunakan kaos dan boxer. Gila banget pikirku, aku termasuk phobia jika tangan dan kakiku nggak bisa digerakkan. Tapi aku coba kontrol pikiranku dan menikmatinya. Ratna balik lagi ke tasnya dan mengambil portable sound, lalu memutar lagu Good For You dari Selena Gomez.
Seiring lagu, Ratna mulai ambil posisi didepanku dan mulai menari erotis. Goyangan pinggul dan pantatnya sangat seksi, sambil sesekali meremas payudara dan pantatnya dibalik kimono. Hingga akhirnya dia membelakangiku dan melepas kimononya dengan pelan sambil tetap menari striptis. Si dedek tak kuasa menahan godaan itu hingga keras berdiri dan menonjol dibalik boxerku. Ratna berjalan mendekatiku dengan tetap membelakangi, hingga kimono tersebut dilepasnya dengan hati-hati, lalu melempar menutupi mukaku. Kimono tersebut lepas tanpa aku bisa melihat apa yang ada dibaliknya. Lalu diraba-raba dadaku hingga ke paha. Memberikan sentuhan yang amat lembut tapi tanpa menyentuh penisku. Penisku makin mengeras, tegang, seakan protes karena dilewati oleh tangan yang mulus itu.
Lagu Good For You pun terus berputar karena direplay ulang. Lalu aku rasakan ada gunting yang memotong kaos dan boxerku. Tapi aku tak peduli, yang aku pikirkan hanya sampai kapan aku bisa bertahan dengan godaan ini. Tak lama setelah kaos dan boxerku dibuang, Ratna menarik kimono yang menutupi wajahku. Dan betapa kagetnya aku dengan pemandangan indah didepanku hingga aku hanya bisa terdiam dan menelan ludah.
Ratna memakai bikini one-piece yang dibelinya saat jalan denganku. Sangat seksi jika dipakainya. Baju renang tersebut cuma menutupi bagian payudara atas dan vagina saja. Selebihnya tertutup kain transparan yang ketat. Tanpa berkata apa-apa, Ratna berjalan ke belakang ku. Diciumnya belakang telinga dan leherku, aku menikmati sekali. Sekali-kali dikulumnya telingaku hingga memberikan sensasi yang luar biasa.
“Aaaaahh.. enak Naaa.. teruuusss...”
“Sssstt.. siapa suruh kamu bicara, just shut up!”. Teriak Ratna sambil meneruskan kegiatannya.
Lalu dia berpindah ke depanku dan mulai menciumi dadaku hingga putingku. Aku agak meronta keenakan dan hanya bisa diam menikmatinya. Penantian panjangku terbayar ketika Ratna mulai berlutut didepanku lalu tangan dan mulutnya mulai memainkan penisku. Bibir tipis itu bergerak naik-turun dan meninggalkan bercak lipstik tipis pada penisku.
“Mmmhh... slllrppp.. aahhhh... mmmhhh..”. Ratna dengan telatennya memanjakan penisku. Tangannya juga semakin aktif mengocok penisku yang sudah basah dengan air liurnya. Sesekali dikulumnya buah zakarku dengan lembut. Aku hanya bisa mengerang keenakan tanpa bisa membalas perlakuannya. Semakin cepat Ratna mengulum penisku, akhirnya penisku mulai berdenyut ingin memuntahkan spermanya. Ratna yang tahu kalau aku mau orgasme makin mempercepat kocokannya dan menyedot kuat-kuat penisku. Hingga akhirnya spermaku muncrat membanjiri mulutnya.
“Aaaaagghhhh.. aaaahhh... Naaaaa.. uuuuhhh”.
Tanpa menghiraukan eranganku, Ratna terus menyedot sisa-sisa spermaku dan menelan semuanya lalu membersihkan sperma yang meluber di tangannya. Ronde pertama selesai. Tapi tak ku lihat tanda-tanda lelah di wajah Ratna. Ratna kembali berdiri dan mengambil botol air untuk diminum dan diminumkan padaku.
Lagu Good For You masih terputar. Aku pun masih terikat. Kini Ratna dengan perlahan melepas bikini yang dipakainya. Perlahan diturunkannya bagian atas hingga payudaranya kini terbebas. Aku hanya bisa menelan ludah melihat payudara kencang 34B itu menggantung, memperlihatkan urat-uratnya, seakan meminta untuk dimanjakan. Ratna kembali meremas-remas payudaranya sendiri hingga kapalanya mendongak ke atas, lalu pelan-pelan dilepasnya seluruh bikini yang masih menutupi vaginanya yang merekah tanpa bulu. Ternyata Ratna sudah mencukurnya. Vaginanya sudah terlihat basah, menandakan siap untuk digenjot oleh penis panjangku ini. Ratna menaikkan kaki kanannya ke sofa sehingga vagina itu semakin terpampang jelas dimataku. Penisku mulai mengeras lagi, seperti menyambut undangan dari vaginanya. Ratna mulai mengelus-elus vaginanya dan sesekali menjilat cairannya sendiri, lalu memintaku untuk menjilat tangannya yang sudah basah oleh cairan cintanya.
Ratna mulai naik ke sofa dengan posisi vaginanya menghadap mukaku. Kaki kanannya dinaikkan ke sandaran sofa dan mendorong mukaku kedalam vaginanya. Merasa ini adalah kode yang tak perlu diterjemahkan, aku langsung menjilati vagina Ratna.
“Sslllrrrppp... sssllrrrrppp...ccpp cppp”. Jilatanku cepat tapi lembut.
Ratna ikut menggoyangkan pantatnya sehingga mukaku makin terbenam di vaginanya. Kini hidungku juga ikut basah karena sesekali Ratna mengusap vaginanya dihidungku. Sekitar 5 menit jambakan Ratna terasa lebih kuat dan badannya mulai mengejang. Kepalanya mendongak keatas, mulutnya terbuka lebar. Goyangan pantatnya makin dipercepat sambil tangan satunya meremas-remas payudaranya
“Aaaaaahhh.. uuummmhh uuuuuhhhhhh aahh ahhh ahh..”. Ratna mencapai orgasmenya. Lalu aku baru sadar, Ratna menghadap keluar jendela. Mungkin itu sensasinya, seperti bercinta di ruang terbuka. Karena itulah dia mendapat orgasme yang hebat. Penisku semakin keras dan kedinginan.
Tapi tak lama, Ratna menurunkan kaki kanannya, lalu mengambil posisi jongkok didepanku. Langsung saja penisku dimasukkan ke vaginanya yang masih sempit.
“Uuuugghhh... aaaahhhh..”.
“Pelan Naaa.. semppitt..”.
“Sssssttt... remember what I said. Uuuuhhhh.. Mmmmpphhh..”.
Ratna mulai menggenjot penisku dengan lembut, sedikit-demi sedikit mulai masuk semuanya. Dengan posisi ini penisku bisa lebih dalam menyodok dinding rahimnya. Hingga penisku amblas ditelan vaginanya.
“Uuuuhh aaaahhh.. mentooook Taaarrr kontolmuuuu.. aaaahhh aaaaahhhh”
Ratna mulai mempercepat genjotan sambil memeras kedua payudaranya. Langit dan pemandangan kota Surabaya membuatnya semakin erotis dan mempercepat genjotannya. Selama 5 menit Ratna menggenjot penisku, akhirnya tubuhnya mulai mengejang lagi. Nafasnya semakin memburu, desahannya juga semakin menggila.
“Taaarr uuugghhh.. layani akkuu mmmhh sampai akuuhh puaaaasss.. uuuugghh mmmmpphh... aaaaahhh akkuuu keluaaarr laagiiii.. eeeeeehhhhhh...”
Tubuhnya menggelinjang lalu memelukku erat. Kurasakan cairan cintanya yang hangat meleleh menuruni penisku. Lalu disodorkannya payudara indah itu ke mulutku, aku manjakan keduanya dengan lidahku. Lalu Ratna kembali menggoyang penisku yang masih menancap di vaginanya. Digoyang maju-mundur dan kepalanya mendongak keatas, otomatis payudaranya membusung mempertegas keindahannya. Gila, kuat sekali stamina Ratna pikirku. Jika diterusin jangan-jangan bisa bercinta sampai pagi.
Sekitar 5 menit Ratna menggoyang penisku maju-mundur sambil bibir kami berpagutan. Sesekali aku gigit putingnya agar dia makin meronta. Kadang tangan Ratna ikut mengelus-elus buah zakarku. Rasanya luar biasa. Lalu aku merasa penisku makin besar, tanda spermaku siap untuk keluar. Jepitan vagina Ratna juga makin erat, mungkin dia mau orgasme juga.
“Uuuuhh Taarr aku mau keluaar lagiii.. kamuu uugghhhh kappaaaann.. aaahhhh”
“Inii juga mauuu Naaa.. aaahhh.. dalem apa luaaarrr.. mmmhh”.
“Daleeemmm Taaarr.. auuhhh akuu lagi nggak subuurr.. ooohhhhh”
Goyangan Ratna makin cepat, dia akan orgasme. Aku yang sepertinya akan keluar duluan harus berusaha nahan lebih lama.
“Aaaaahhh barengaaann Naaaa.. uuhhh”.
“Iiyyyaaaa Taarrr.. aaahhh keluuuaaaarrrr... oooouuhhh mmmmpphhh”.
“Akuu jugaa Naaa.. Aaaaaahhh aah aahhh mmmmhhh..”
Kami mendapat orgasme bersama, suatu perasaan yang luar biasa.
“Aaaahhh makasihh Sayaang.. kontolmu hebat, daleemm bangeett”
“Hehehe bisa aja kamu Naa.. aku juga makasiiihh”
Bibir kami pun berpagutan sebagai penutup ronde ini. Sambil mengelus-elus payudara dan pantat yang indah itu. Cairan kami bercampur dan meleleh ke sofa. Untung lapisan sofanya dari kulit, jadi mudah dibersihkan. Ratna lalu mengambil tisu untuk mengelap vaginanya yang basah oleh cairan cintanya bercampur spermaku. Lalu dia berlutut lagi, mengulum penisku yang masih tegak untuk membersihkan sisa campuran sperma dan cairan cintanya hingga bersih. Setelah napasnya teratur, Ratna melepas tali-tali yang mengikatku tadi. Tak terasa pergumulan ini berlangsung hapir 3 jam. Digandengnya tanganku menuju ke tempat tidur dan akhirnya kami langsung tertidur bertelanjang bulat.
Tengah malam aku terbangun dan melihat Ratna masih tertidur pulas. Kuambi botol air dan meminum setengahnya sambil melihat pemandangan tengah malam kota Surabaya. Pantesan si Ratna bergairah banget, sensasinya seperti bercinta diluar ruangan tanpa ada orang yang melihat. Balik lagi ke kasur, penisku mengeras lagi melihat tubuh telanjang Ratna yang seperti tak berdaya. Aku pikir mumpung dia tidur aku kerjain aja.
Dengan cepat aku tarik kedua kakinya sampai ke pinggir kasur dengan posisi telungkup. Ratna pun terbangun, dan aku langsung menjilati vaginanya agar kembali basah.
“Aaaaaahh Taaarrr ngapaaiinn iniii oooohhh.. akuu kiraaa uummhh kamuuuhh capeekk.. mmmmpphh..”
Aku tak memperdulikan eragannya, setelah basah aku langsung menancapkan penis panjangku yang sudah mengeras kedalam vaginanya.
“Aaaaaahhh pelaaann saaaayyy.. uuummmmhh”
Aku genjot dalam-dalam dengan pelan agar si Ratna cepat mencapai orgasmenya dengan posisi doggy style.
“Taaaarrr ooohhhh lebih cepeettt aaahhhh.. aku udah mau keellluaaarr aaaaahh”
Aku menggenjot dengan semakin cepat, tapi ketika vaginanya mulai menjepit penisku, aku cabut penisku dari vaginanya.
“Aaaahh kenapa dicabut kontolnyaaaa... masukin lagi sayaaang..”
Selang beberapa detik, aku masukkan lagi penisku kedalam vaginanya. Aku genjot dengan cepat agar aku bisa memberikan multiorgasme untuk Ratna. Bongkahan pantat yang semok serta bidang punggungnya yang sangat mulus membuatku juga tidak bisa menahan orgasme. Akhirnya setelah aku genjot dengan cepat, Ratna mencapai orgasmenya.
“Aaaaaahhhh akuu kelluaaaarr.. Taaarr.. ooohhhhh ooohhh.. udaaahh udaaahh... jangan digenjot teruuuuuss aaaahhh aaaaaahhh mmmmmphh..”
Erangan Ratna tak ku hiraukan. Genjotanku semakin cepat agar aku juga bisa segera orgasme.
“Ughh ughh ughh aaaaaahh.. aku keluaaaarr Naaaa... ooohhhh.. ooohhh... mmmmphh”
Ratna juga masih melenguh dari multiorgasme yang didapatkannya. Dia masih mengejang dan tangannya mencengkeram erat selimut yang ditindihnya. Seperti tidak pernah merasakan seperti yang dia terima ini. Kali ini spermaku tidak meleleh keluar karena mungkin sudah ketiga kalinya dalam sehari.
“Aahhh Tarr.. kamuu jahaaatt.. uuuumhh.. hebat bangeeett.. sampai aku kejang-kejang kaya gini.. aaahh..”
“Anggap aja ini balasan yang tadi lah, kamu juga jahat. Hehehe..” Kataku sambil memeluknya dari belakang.
“Tapi aku masih berhak merintah kamu loh yaa sampe kita pulang. Sekarang ayok tidur.” Perintahnya sambil merem dan merangkak ke tengah kasur lagi.
“Siaap laksanakan!!”.
Aku pun tidur lagi sambil memeluk Ratna dari belakang.
Paginya kami terbangun jam 5 karena sinar matahari yang masuk kekamar karena semua tirai dibuka. Kebetulan kamar kami menghadap ke timur, jadi bisa melihat matahari terbit di kota Surabaya. Ratna duduk dipinggir kasur menghadap ke matahari, sedangkan aku memeluknya dari belakang sambil memainkan payudaranya.
Setelah minum teh hangat buatan Ratna, aku digandeng ke kamar mandi dan diminta masuk ke bathup. Lalu diisi air hangatnya hingga setinggi perutku. Penisku yang tadinya menguncup akhirnya bangun lagi kena air hangat. Lalu Ratna ikut masuk ke bathup dan jongkok diatas perutku sambil mengusap-usap baby oil di telapak tangannya. Oke, apalagi ini? Tanyaku dalam hati, karena aku masih tidak berhak untuk bertanya.
Langsung saja penisku mulai merasakan pijatan yang sangat nyaman dan membuatnya mengeras kembali. Sensasi ini sangat baru bagiku, disaat badan direndam air panas, tapi penis mendapatkan hawa dingin. Penisku diurut dengan lembut dari ujung hingga pangkal dengan kedua telapak tangannya. Sekitar 5 menit penisku dimanjakan oleh pijatan itu hingga makin lama makin keras. Entah darimana teknik memijat ini dia dapatkan. Lalu Ratna berdiri untuk menguras air bathup dan menggantinya dengan shower. Kemudian Ratna kembali memasukkan penisku kedalam vaginanya, kali ini kami saling berhadapan.
“Ooohhhssshh.. aaahhh.. keras lagi kaann.. ummmhh.. siapa duluuu.. eeemmhh aaahhh.. aaaaaahh.. ssssshh..”.
Ratna mulai menggoyang penisku lagi dengan cepat. Sensasi guyuran shower membuat gairahku semakin meningkat. Aku lihat kepalanya mendongak keatas dan bibirnya terbuka lebar sambil melenguh. Sedangkan tangannya berpegangan di pinggir bathup. Tanganku tak henti-hentinya memainkan payudara yang padat itu, guyuran air membuatnya mengkilap dan semakin indah. Sesekali kuremas-remas pantatnya yang seksi serta aku elus-elus lubang anusnya.
“Oooohhh Taarr.. akkuu mau kelluaaaaarr.. oooohhh ooohhh..”
“Emmmph aku jugaa Naaa.. bareng yaa.. uughh uughh.. aaaahhh”
Kami pun orgasme bersama-sama dalam guyuran air hangat dari shower. Bibir kami saling melumat, lidah kami saling berpagutan, seperti gairah ini tidak ada habisnya.
“Na, makasih banget yaa.. kamu udah rencanain semua skenario ini? Aku belum pernah ngerasain pengalaman kaya ini sebelumnya.”
“Iya Tar, aku juga udah lama nggak ngerasain sex kaya gini. Terakhir sama Anton itu. Aku belajar dari internet. Ahahahaa..”
“Ketawanya lhooo”
“Biarin donk.. tapi maaf Tar.. bukan berarti aku pengen balikan sama kamu ya Tar, tapi emang aku lagi kangen banget sama kamu. Jangan benci sama aku yaa. Pleaseee..”. Katanya sambil memelukku.
“Enggak lah Naa.. aku ngerti dari pertama kita ketemu lagi. Aku juga masih seneng-seneng dimasa kuliahku. Kita tetep temen deket, jadi kalau kamu butuh apa-apa bilang aja. Sebisanya aku bantu. Kaya sekarang ini. Hehehee.”
“Aahh bisa ajaa”. Bilangnya sambil menggigit telingaku.
“Yaudah ayok mandi”
“Ayok deh”
Setelah mandi dan sarapan, kami beres-beres untuk segera checkout. Aku mengantar Ratna sampai dikosnya, lalu aku langsung ke kampus. Karena ada kuliah. Selama perjalanan kakiku rasanya terlalu lemas untuk menginjak pedal mobil. Begitu juga sampai dikampus, aku nggak kuat naik tangga karena kelasku berada di lantai 4. Akhirnya aku pura-pura berhenti untuk istirahat setiap satu lantai.

The end.