Namaku Tara. Usiaku 22 tahun. Mahasiswa semester 3 di salah
satu universitas negeri di surabaya jurusan ekonomi. Masa-masa kuliah
kuhabiskan seperti mahasiswa semester awal lainnya, nongkrong, traveling super
hemat, dan lainnya. Kondisi keuangan juga seperti mahasiswa lainnya, entah
sengaja atau nggak sengaja sangat berhemat. Padahal ekonomi orang tuaku juga
bagus. Satu malam, teman-teman kelompokku datang ke kosan untuk ngerjain tugas.
Tapi begitu temen-temen dateng, ada telefon di hp ku dari nomor nggak aku
kenal. Saat aku angkat, suaranya cewek.
“Haloo...”
“Haloo..dengan Tara?”
“Iya betul, ini siapa ya?” Tanyaku balik ke dia yang
ternyata cewek. Tumbeenn..
“Coba tebak ini siapaaaa”. Si doi ngajak bercanda, tapi
suaranya seperti nggak asing di telingaku.
“Lha ya nggak tauu.. siapa sih ini? Kok kayaknya suaranya
aku hafal yaa?”.
“Hahaha.. iyaa, aku Ratna. Udah lupa yaa?”
“Hahh.. Ratna yang mana yaa...” Tanyaku sambil berfikir
keras.
“Sebentar, ini Ratna kakak kelas waktu SMA?”
“Hahaha.. iyaa.. Ratna mantanmu”
Sial, kaget bercampur senang, bercampung entahlah.. bisanya dia
langsung to the point gitu. Langsung aku basa-basi, tanya kabar dan sebagainya.
Lalu aku bilang ke temen-temen kalau ada telfon penting, jadi nggak bisa ikut
ngerjain tugas, titip nama aja. Hahahaa..
“Ketemuan yuukk... Kita lama nggak ketemu..”.
Udah kaya dikasih pancingan ayam goreng, langsung aja aku
iyain.
“Oke kapan? Aku free kayaknya rabu malam, kalau nunggu jumat
atau sabtu malem kelamaan nanti. Lagian rame banget dimana-mana”. Pintaku.
“Oke rabu malem bisa, kamu jemput ke kosku yaa. Aku kos
dibelakang kampus. Pastinya kamu udah sering lewat situ.”
“Oya? Aku sering banget pulang lewat belakang kampus. Tapi
nanti kalo aku jelek jangan diketawain yaa..”
“Iyaa, masa masih jelek kaya dulu kamu? Hahaha.. udah, yang
penting keluar sama kamu. Kalau gitu sampe ketemu rabu malem yaa.. Can’t wait
for that day”. Godanya.
“Hahahaha.. bisa aja, yapp seeyou Ratna”.
“Seeyou too Taarr”.
----------------------
Tiba-tiba datanglah hari rabu yang ditunggu-tunggu. Jam 5
aku mandi, persiapan, dandan biasa, mobil sudah dicuci, jam 6 siap berangkat.
Alamat kos udah ditangan, segera aja aku berangkat ke kosan Ratna. Setibanya
dikosan Ratna, langsung aku telfon dia biar segera turun.
“Haloo.. Na, aku udah didepan gerbang. Kamu udah siap kan?”.
Tanyaku.
“Iya Tar, bentar yaa aku kebawah. Ini udah siap kamu ajak
jalan kok”. Candanya.
“Lhaaahh kan situ yang ngajak jalan, bukan aku. Hahahaha”.
“Halah.. sama aja, ntar juga kamu yang ganti ngajak jalan”.
Nggak sampai 3 menit, Ratna keluar dari gerbang. Udah 2
tahun nggak ketemu, doi makin cantik aja pikirku. Posturnya tinggi, mungkin
lebih tinggi dia daripada aku. Dengan rambut lurus sebahu, wajah oriental,
nggak terlalu kurus juga. Ratna memakai kemeja warna putih tulang yang tipis,
sehingga bra hitamnya terlihat menerawang dan dipadukan dengan rok hitam ketat
selutut. Sejenak aku perhatiin leher jenjangnya nan mulus, lalu turun buah
dadanya, ukurang 34B, nggak terlalu besar tapi cukup bikin nelan ludah,
pantatnya juga lebih montok. Agak berbeda memang ketika aku masih pacaran
dengannya. Saat itu aku masih kelas 2 SMA, dia sudah kelas 3. Termasuk cewek
idola dan banyak banget yang naksir dia waktu itu. Tiba-tiba lamunanku
terhenti.
Ratna
“Heeyyy... ngelamun apaan hayoo.. ayok berangkat.. mata kamu
mulai nakal lagi tuhh. Hati-hatii..”. Bentak dia sambil nabok lenganku dengan
tasnya.
“Hahaha... sorryyy.. habis kamu makin gitu sihh, jadi gimanaaa
gitu. Sorryy sorryy..”. Kataku sambil ngusap-ngusap mata biar melek lagi.
Lalu Ratna langsung masuk mobil tanpa ngomong apa-apa.
Langsung aku arahkan mobil untuk masuk Mall Tunjungan Plaza. Tapi karena jam
pulang kerja, macetnya minta ampun. Macet dijalan, macet diparkiran. Alhasil
kita dapet parkiran di rooftop, beratapkan langit. Aku dan Ratna langsung masuk
mall untuk makan, lalu berhenti di salah satu outlet untuk cari bikini. Ratna
masuk, sedangkan aku nunggu didepan outlet.
“Tar, yang ini bagus nggak? Cocok sama aku nggak?”. Tanya
Ratna sambil pegang bikini two-piece.
“Kurang oke Na, emang mau dipake dimana?”
“Aku mau sewa private villa di Bali sama temen geng, jadi beli
yang seseksi mungkin. Toh yang lihat cuma cewek-cewek. Hahaha..”
“Wahh.. kalo gitu coba yang one-piece yang itu sama
two-pieces yang diatas itu”. Aku menunjuk bikini one-piece hitam transparan
yang seksi, bagian perut tetap kelihatan, belahan dada bawah juga terekspos
jelas, cuma menutupi area vagina dengan minim, serta bikini two pieces yang
sangat tipis.
“Hehh pinter banget kamu yaaa.. Oke aku ambil deh”.
Setelah capek jalan-jalan sambil nostalgia, kita balik ke
parkiran untuk pulang. Waktu kami berjalan menuju mobil, tiba-tiba hujan turun
dengan deras. Untung kita nggak basah kuyub. Sampai dimobil, langsung aku
nyalain mesin dan ac. Hujannya sangat deras hingga lampu parkiran pun tidak
kelihatan. Aku lihat si Ratna agak bingung karena bajunya yang basah. Karena bajunya
tipis, bra yang ada didalamnya tercetak sempurnya.
Sejenak aku terdiam, dan tiba-tiba aku memberanikan diri
untuk mencium pipinya. Si Ratna yang masih ribet dengan bajunya pun kaget. Tas
dan bawaannya lalu dilempar ke jok belakang dan langsung menarik tangan dan leherku.
Diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Aku pun membalas ciumannya tidak kalah
bernafsu.
“Eeemmmhh.. Ohh Taarraa..”
Ciuman kami semakin panas ketika Ratna menarik badanku untuk
berpindah ke kursinya. Tanpa melepas ciuman kami, posisiku sekarang jadi
menindihnya. Kualihkan ciumanku kebelakang telinga Ratna. Sekejap pun dia
langsung melenguh sambil menggigit bibir bawahnya.
“Eeehh.. Taaarr.. Uuuhh, mmmpphh”
Lalu kuarahkan ciuman dan jilatanku di leher jenjang nan
wanginya. Ratna pun tak berhenti mengeluh. Sepertinya jiwanya sudah
melayang-layang.
“Naaa...lehermu Naaa.. Uuummhh.. lembut banget, eemmhh..
wangi banget Naa... Uummhh..”
“Terus Taaarr...aaaahhhh, terus manjain leherku
Taarr....uuuhhhh.. mmmhh..”
Tanpa bertanya, aku mulai lepas kemeja tipisnya yang basah
sambil aku mundurin maksimal joknya ke belakang. Tak sedikitpun kulepas
ciumanku pada leher, bibir, dan telinganya. Hingga aku selesai melepas kemeja
dan bra hitamnya yang tipis. Lalu aku turun ke payudaranya, aku jilat habis-habisan
hingga Ratna terus melenguh.
“Aaaahh.. Taarrr.. Enaaakk, eeeghhh...”
Sambil tetap aku menjelajah payudara kanan dan kirinya yang
sangat mulus dan wangi, aku beri jari telunjukku untuk diemut sama Ratna.
“Uummhh... Eeemmhh... Tarrrrr... ennaak Taarr...”
Tak lama setelah itu, karena tangan kanan sedang dimainkan
oleh bibir Ratna yang tipis itu, dimaikan oleh lidahnya yang lincah, tangan
kiriku mencoba menarik celana dalam dari dalam rok ketatnya yang ternyata sudah
basah oleh cairan vaginanya. Sambil terus memainkan payudaranya, aku lepas
celana dalamnya dan kuangkat roknya hingga ke pinggang. Lalu seketika aku lepas
semua penetrasiku di payudaranya dan berpindah ke vaginanya.
Sejenak aku coba lihat keluar kaca, hujan turun makin deras.
Pastinya nggak akan ada petugas parkir yang keliling area parkiran. Lampu kabin
juga nggak kunyalakan agar aman.
Kubenamkan wajahku ke selangkangannya, aku jilat-jilat
vagina yang tak dikelilingi bulu tersebut.
“Uuummhh.. kamuuuhh..aahhh pinnnteeer Taaaarrr.. uuuhhhh,
iiiyaa yg itttuuu aaaahhh aaaaahhh, aku ga tahan Taaaarrr...”
Kupercepat jilatanku pada vaginanya agar Ratna segera
memperoleh orgasme.
“Uuummhh..enak Naa? Uuummhh, sslllllrrp....mmmmhhh”
Tangan kananku tak hentinya memainkan payudara mulusnya,
sambil makin mempercepat jilatanku pada vaginanya, hingga akhirnya tangan kiri
Ratna menjambak rambutku dan mempererat jepitan selangkangannya pada kepalaku,
dan tangan kanannya ikut meremas payudaranya sendiri.
“Taaaarrrr... aaaaahhhh... akuuuu keelluaaaaarrrr...aaaahhhh,
aaaaaahhhh...uuuummmmhh...” Ratna pun gelenjotan menikmati orgasmenya. Tak lama
kemudian, tangannya mengusap-usap penisku yang sudah keras dari luar celana.
“Ayok langsung masukiiin Taaarrr.. Entot aku Tarr..
uuuhhh..”
Berhubung aku juga tidak tahan lagi dan hujan masih deras,
aku turuti apa maunya Ratna. Tanpa menunda-nunda, aku lepas celanaku dan
langsung aku masukkan penisku kedalam vaginanya.
“Uuugghh...sempitnyaaaa Naaaa... aaahhhh”
“Aaaaaahhh...pelaaann Taarr, uuuhhh....”
Hanya separuh penisku yang baru bisa masuk kedalam vagina
Ratna. Sambil kugenjot pelan-pelan, tapi belum juga masuk sepenuhnya.
“Naaa... nggak masuk-masuk niiihh, uuuhhhh”
“Itu kontolmu kegedean apa gimana sih Taarrr.. ini nggak gede-gede amat tapi panjang bener ini
Taarr...uuuhh..mentok daaahh, uuuummmhh pelan sayanghh..”
“Iya Naaa... nggak gede yang penting staminanyaa..uummmhhh”
Setelah pelan-pelan berusaha, akhirnya penisku bisa masuk
sepenuhnya di vagina Ratna.
“Aaahhh...mentok Taarrr...eeennaaakk...cepeeett genjot
aaaaahhh”
Aku pun mempercepat genjotanku pada vagina Ratna hingga
mentok
Plok..plok..plok..plok..plok... desahan demi desahan kami
keluarkan atas kenikmatan yang mendadak ini. Kepala Ratna hingga mendongak ke
atas dan matanya merem-melek atas sodokan maksimalku ini.
“Aaaahhh... uuuhhh... lebih ceppeetttt aaaahh.. akkuuuu
mauuu kelluaaaarr... aaahhhh...”
“Iyaaa Naaa...akuu jugaaaa eeeegghhh...”
Sambil ku pagut bibir tipisnya, serta kuremas-remas
payudaranya, genjotanku makin ku percepat hingga akhirnya Ratna mulai menggelinjang
dan meremas punggung dan bokongku
“Taaaarr... aaaaahhhh...akkuu kelluaaaaarr..aaahhhh
eennaaakkk...”
“Aaaahhhh..akkuu juga Naaa....uuuhhh diluar aja yaaa...”
Lalu aku cabut penisku dari vagina Ratna yang sangat basah
jarena cairan cintanya dan ku arahkan ke payudaranya yang indah itu. Lalu
langsung disambut oleh tangan Ratna dan langsung dikocoknya penisku dan
dikulumnya habis-habisan. Gilaa sedotannyaaa
“Aaaahhh sedot terus Naaa.. aaaahhh Naaaaaa akkuu
kelluaaarrrr.. aaaahhh aaahhhh.. uuughhhh...”
Croott... crooottt... croottt...
Akhirnya aku menumpahkan cairan maniku didalam mulutnya
Ratna. Dia terus mengulum hingga penisku bersih. Dan ternyata semua maniku
ditelannya tanpa sisa. Hebat.
“Naaaa... makasih yaaa... gila enak banget vaginamu Naaa...”
“Iyaa Tar, aku juga makasih yaa..udah diangetin sama kamu.
Nggak nyangka yaa.. maaf lho yaaa.”
“Aku yang maaf, bikin kamu berantakan gini. Hahaha...”
Lalu aku cium bibir tipisnya dan beranjak ke jok sopir.
“Taarr..jangan kapok ya aku ajak jalan-jalan.”
Kata Ratna sambil memakai bra dan kemejanya. Lalu celana
dalamnya dimasukkan ke laci mobilku.
“Ini buat oleh-oleh, jangan dibuat onani yaa. Hahaha”
“Hahaha.. siaaalll”.
Aku kehabisan kata-kata. Hujan sudah agak reda, lalu kami
memutuskan untuk langsung pulang.
------------------------
Beberapa hari kemudian si Ratna telfon, tanya hotel yang
biasanya aku atau orang tuaku nginep.
“Tar, kamu biasanya nginep hotel disini dimana ya?” Tanya si
Ratna.
“Lahh dimana yaa, aku nggak sering nginep hotel disini.
Emang buat siapa?”.
“Buat temenku, dia dari Jakarta mau main kesini beberapa
hari. Eh, kamu bilang nggak sering nginep hotel disini. Emang kamu ngapain
nginep hotel? Hayoo..”
“Ya rahasia doonkk. Mau tau ajaa. Hahaha.. Kalo biar deket
kosmu sih mending hotel A itu. Nggak terlalu mahal, kamarnya lumayan bagus.”.
“Ohh iya, nanti aku sampaikan ke temenku. Makasih yaa Tar”
“Iyaa sama-sama Naa, kirain kamu yang mau nginep”
“Iisshh, maunya kalo sama kamu Tar. Hahahaha”
Sial ini cewek mancing-mancing aja. Nggak sadar apa ini ikan
hiu pake baju ikan pindang. Aku juga ga mau ngalah dong digodain gitu.
“Oke kalo gitu, kamu beneran mau? Senin sore aku jemput ya?”
“Hahh senin sore, cepet bangeeett.. Jadi malu niihh..”
“Lha maunya kapan, tahun depan? Selasanya kamu nggak ada
kelas pagi kan?”
“Nggak ada sihh”
“Yaudah, senin sore jam 4 aku jemput. Oke?”
“Iya deh Tar. Hahaha.. sialan kamu ini Tar.. seeyou”
“Biariiinn.. seeyou too Naa”
Dan nggak tau kenapa, semua mimpiku saat SMA itu terwujud.
Aku bakal bisa tidur sama Ratna. And it will happen!!
---------------------
Senin pun tiba-tiba dateng, padahal waktu itu direncanain
hari Rabu minggu lalu. Senin siang sepulang kuliah, aku langsung ke hotel untuk
check-in dan ambil kunci kamar. Setelah itu aku langsung ke kos untuk ambil
baju ganti, karena selasa siang aku ada kelas. Sekitar jam 4 aku udah sampai
didepan kos si Ratna. Ratna terlihat membawa tas ransel, mungkin isinya baju
ganti sama kosmetik kali ya. Tapi tidak seperti kemarin, dia pakai celana jeans
ketat yang sobek-sobek dibagian paha dan lutut dipadu dengan sweater tipis
lengan panjang yang ketat.
“Tar, kita beli makan malem sekalian yuk, buat dimakan di
hotel. Males juga kan keluar-keluar lagi kalo udah dikamar”
“Iya sih Na, pikirku juga gitu. Apalagi mendung kaya gini,
kalo hujan nggak bisa cari makan kita nanti”
Alhasil kita drivethrou McD dan membungkus nasi ayam,
burger, dan kentang goreng. Sepanjang jalan, Ratna tidak membahas malam hujan
deras nan panas minggu lalu. Tapi lebih diam sambil mencari-cari channel radio
yang bagus. Dan ternyata tidak ada yang dia sukai. Sekitar 10 menit, kami
sampai di hotel dan langsung masuk ke parkiran.
“Kamarnya lantai berapa Tar?” Tanya Ratna padaku.
“Nanti kamu tahu sendiri kok, surprise doonnkk..” Candaku.
Lalu sampailah kami di lantai 15, karena sebelumnya aku
pesan kamar dilantai atas yang ada bathup dan sofa, dan akhirnya diberi kamar
di lantai 15.
“Wahh lantai 15, jadi kelihatan semua ya kota Surabaya?
Besok pagi pasti bagus banget pemandangannya. Thanks yaaa”.
“Sama-sama Naa.. Lagian aku juga lama banget ga manjain
diri, dikosan mulu. Biar nggak jenuh.”
Setibanya di kamar, Ratna langsung melempar tas ranselnya ke
sofa dan melompat ke kasur.
“Aaaaaahhhh enaknyaaa.. ada kasur besaarr. Ada yang
nemeniinn..” Katanya sambil gulung-gulung dikasur.
“Hahaha.. kamu lucu banget Naaa.. Udah lama nggak spending
night ta?”. Candaku sambil ketawa lihat tingkahnya.
“Iya Tar, pengen curhat dikit nih jadinyaa.. Boleh yaa?”.
“Boleh laahh.. kenapa enggak, cuman itu heelsnya dicopot
dulu, ga lucu kan kalo selimutnya jebol gara-gara heelsmu nancep situ.
Hahahaha..”
“Mana bisaaa..”
Ratna melepas heelsnya dan kembali duduk di atas kasur.
“Jadi aku udah lama banget ga spending night sama pacarku, namanya
Anton, udah hampir dua tahun. Kita putus gara-gara dia pindah ke Inggris buat
ambil S2 nya. Padahal dia paling ngerti aku banget. Sekarang aku single, lagi
enak-enaknya nikmatin masa kuliah. Udah beberapa kali hampir punya pacar
brengsek, mau deketin gara-gara nafsu doank. Untung aja nggak sampe jadian. Jadi
yaa mungking kalau nggak ada yang bisa nyamain dia, aku tolak aja. Toh juga
lulus kuliah aku juga harus karir, gedein onlineshop ku. Betul kan?”.
“Setujuuu.. cewek sekarang harus bisa mandiri. Bukan buat
banggain diri, tapi biar nggak ditipu suami juga.”
“Iya sih, betul juga katamu Tar, nanti aku bilang-bilang
juga ah ke temen-temen. Hahaha”.
Lalu Ratna beranjak dan mendekatiku yang duduk di sofa. Lalu
tiba-tiba dia naik di atas pahaku, menghadapkan payudaranya tepat di depan
mataku sambil memeluk leherku. Si adek langsung tegang, jantung pun berdetak
makin kencang.
“Taraa.. karena kamu udah nyenengin aku dari
kemarin-kemarin, sekarang ganti aku yang nyenengin kamu.”
“Makudnya Naa? Aku nggak ngerti. Ato pura-pura ga ngerti aja
ya? Hehehe”
“Sialan kamu Tar”. Kata Ratna sambil membenamkan mukaku ke
payudaranya.
“Udah, peraturannya untuk hari ini sampai besok pagi aku
yang berkuasa, kamu harus nurut sama aku dan nggak ada protes dan pertanyaan
sama sekali. Paham Tara?”.
“Iyaa paham Naa. Aku turutin semua perintahmu. I’m
officially yours tonight.”. Jawabku sambil ngelirik wajahnya dari balik
payudaranya.
“Bagus. Kamu belum mandi kan? Sana mandi dulu, nanti ganti
aku yang mandi”.
Ratna pun beranjak dari pangkuanku dan kembali ke atas kasur
lalu menyalakan tivi. Aku pun mengambil baju ganti dan alat mandi yang aku
bawa. Setelah mandi, aku memakai kaos pendek dan celana boxer. Lalu gantian
dengan Ratna yang mandi sedangkan aku nonton tivi. Sekitar 15 menit, akhirnya
Ratna keluar dengan mengeluarkan wangi yang menggoda hasrat semua laki-laki,
dan memakai kimono yang disediakan hotel. Rambutnya diurai dengan makeup tipis.
Sangat cantik. Kimono yang pendek mempertontonkan paha mulusnya seakan
mengundang tangan ini untuk menjamahnya.
“Oke Tara, perintah pertama!”.
“Ohh siaap!! Apa perintahnya Ndoro Ratna?”. Godaku.
“Matiin tivinya, lalu duduk di sofa itu ya.”
Tanpa babibu aku langsung menuju sofa yang membelakangi
jendela kaca, duduk anteng. Lalu aku lihat Ratna membuka semua tirai jendela
sehingga pemandangan kota Surabaya malam hari terlihat jelas. Lalu Ratna
mematikan lampu utama kamar karena terangnya cahaya bulan dan kota Surabaya
sudah cukup menyinari kamar tersebut. Pikiranku makin liar membayangkan apa
yang akan terjadi selanjutnya. Dengan perlahan Ratna mengambil sesuatu dari
dalam tasnya. Dan ternyata beberapa tali sepatu. But wait, itu untuk apa?
“Jangan tanya untuk apa tali sepatu ini, just silent and
enjoy the show. Is it okay for you darling?”. Kata Ratna sambil menempelkan
telunjuknya di bibirku.
Lalu tanganku diikat kebelakang sofa, serta kedua kakiku yang
mekangkang di kaki sofa. Dengan masih menggunakan kaos dan boxer. Gila banget
pikirku, aku termasuk phobia jika tangan dan kakiku nggak bisa digerakkan. Tapi
aku coba kontrol pikiranku dan menikmatinya. Ratna balik lagi ke tasnya dan
mengambil portable sound, lalu memutar lagu Good For You dari Selena Gomez.
Seiring lagu, Ratna mulai ambil posisi didepanku dan mulai
menari erotis. Goyangan pinggul dan pantatnya sangat seksi, sambil sesekali
meremas payudara dan pantatnya dibalik kimono. Hingga akhirnya dia
membelakangiku dan melepas kimononya dengan pelan sambil tetap menari striptis.
Si dedek tak kuasa menahan godaan itu hingga keras berdiri dan menonjol dibalik
boxerku. Ratna berjalan mendekatiku dengan tetap membelakangi, hingga kimono
tersebut dilepasnya dengan hati-hati, lalu melempar menutupi mukaku. Kimono
tersebut lepas tanpa aku bisa melihat apa yang ada dibaliknya. Lalu diraba-raba
dadaku hingga ke paha. Memberikan sentuhan yang amat lembut tapi tanpa
menyentuh penisku. Penisku makin mengeras, tegang, seakan protes karena
dilewati oleh tangan yang mulus itu.
Lagu Good For You pun terus berputar karena direplay ulang.
Lalu aku rasakan ada gunting yang memotong kaos dan boxerku. Tapi aku tak
peduli, yang aku pikirkan hanya sampai kapan aku bisa bertahan dengan godaan
ini. Tak lama setelah kaos dan boxerku dibuang, Ratna menarik kimono yang
menutupi wajahku. Dan betapa kagetnya aku dengan pemandangan indah didepanku
hingga aku hanya bisa terdiam dan menelan ludah.
Ratna memakai bikini one-piece yang dibelinya saat jalan
denganku. Sangat seksi jika dipakainya. Baju renang tersebut cuma menutupi
bagian payudara atas dan vagina saja. Selebihnya tertutup kain transparan yang
ketat. Tanpa berkata apa-apa, Ratna berjalan ke belakang ku. Diciumnya belakang
telinga dan leherku, aku menikmati sekali. Sekali-kali dikulumnya telingaku
hingga memberikan sensasi yang luar biasa.
“Aaaaahh.. enak Naaa.. teruuusss...”
“Sssstt.. siapa suruh kamu bicara, just shut up!”. Teriak
Ratna sambil meneruskan kegiatannya.
Lalu dia berpindah ke depanku dan mulai menciumi dadaku
hingga putingku. Aku agak meronta keenakan dan hanya bisa diam menikmatinya.
Penantian panjangku terbayar ketika Ratna mulai berlutut didepanku lalu tangan
dan mulutnya mulai memainkan penisku. Bibir tipis itu bergerak naik-turun dan
meninggalkan bercak lipstik tipis pada penisku.
“Mmmhh... slllrppp.. aahhhh... mmmhhh..”. Ratna dengan
telatennya memanjakan penisku. Tangannya juga semakin aktif mengocok penisku yang
sudah basah dengan air liurnya. Sesekali dikulumnya buah zakarku dengan lembut.
Aku hanya bisa mengerang keenakan tanpa bisa membalas perlakuannya. Semakin
cepat Ratna mengulum penisku, akhirnya penisku mulai berdenyut ingin
memuntahkan spermanya. Ratna yang tahu kalau aku mau orgasme makin mempercepat
kocokannya dan menyedot kuat-kuat penisku. Hingga akhirnya spermaku muncrat
membanjiri mulutnya.
“Aaaaagghhhh.. aaaahhh... Naaaaa.. uuuuhhh”.
Tanpa menghiraukan eranganku, Ratna terus menyedot sisa-sisa
spermaku dan menelan semuanya lalu membersihkan sperma yang meluber di
tangannya. Ronde pertama selesai. Tapi tak ku lihat tanda-tanda lelah di wajah
Ratna. Ratna kembali berdiri dan mengambil botol air untuk diminum dan
diminumkan padaku.
Lagu Good For You masih terputar. Aku pun masih terikat. Kini
Ratna dengan perlahan melepas bikini yang dipakainya. Perlahan diturunkannya
bagian atas hingga payudaranya kini terbebas. Aku hanya bisa menelan ludah
melihat payudara kencang 34B itu menggantung, memperlihatkan urat-uratnya,
seakan meminta untuk dimanjakan. Ratna kembali meremas-remas payudaranya
sendiri hingga kapalanya mendongak ke atas, lalu pelan-pelan dilepasnya seluruh
bikini yang masih menutupi vaginanya yang merekah tanpa bulu. Ternyata Ratna
sudah mencukurnya. Vaginanya sudah terlihat basah, menandakan siap untuk
digenjot oleh penis panjangku ini. Ratna menaikkan kaki kanannya ke sofa
sehingga vagina itu semakin terpampang jelas dimataku. Penisku mulai mengeras
lagi, seperti menyambut undangan dari vaginanya. Ratna mulai mengelus-elus
vaginanya dan sesekali menjilat cairannya sendiri, lalu memintaku untuk
menjilat tangannya yang sudah basah oleh cairan cintanya.
Ratna mulai naik ke sofa dengan posisi vaginanya menghadap
mukaku. Kaki kanannya dinaikkan ke sandaran sofa dan mendorong mukaku kedalam
vaginanya. Merasa ini adalah kode yang tak perlu diterjemahkan, aku langsung
menjilati vagina Ratna.
“Sslllrrrppp... sssllrrrrppp...ccpp cppp”. Jilatanku cepat
tapi lembut.
Ratna ikut menggoyangkan pantatnya sehingga mukaku makin
terbenam di vaginanya. Kini hidungku juga ikut basah karena sesekali Ratna
mengusap vaginanya dihidungku. Sekitar 5 menit jambakan Ratna terasa lebih kuat
dan badannya mulai mengejang. Kepalanya mendongak keatas, mulutnya terbuka
lebar. Goyangan pantatnya makin dipercepat sambil tangan satunya meremas-remas
payudaranya
“Aaaaaahhh.. uuummmhh uuuuuhhhhhh aahh ahhh ahh..”. Ratna
mencapai orgasmenya. Lalu aku baru sadar, Ratna menghadap keluar jendela.
Mungkin itu sensasinya, seperti bercinta di ruang terbuka. Karena itulah dia
mendapat orgasme yang hebat. Penisku semakin keras dan kedinginan.
Tapi tak lama, Ratna menurunkan kaki kanannya, lalu
mengambil posisi jongkok didepanku. Langsung saja penisku dimasukkan ke
vaginanya yang masih sempit.
“Uuuugghhh... aaaahhhh..”.
“Pelan Naaa.. semppitt..”.
“Sssssttt... remember what I said. Uuuuhhhh.. Mmmmpphhh..”.
Ratna mulai menggenjot penisku dengan lembut, sedikit-demi
sedikit mulai masuk semuanya. Dengan posisi ini penisku bisa lebih dalam
menyodok dinding rahimnya. Hingga penisku amblas ditelan vaginanya.
“Uuuuhh aaaahhh.. mentooook Taaarrr kontolmuuuu.. aaaahhh
aaaaahhhh”
Ratna mulai mempercepat genjotan sambil memeras kedua
payudaranya. Langit dan pemandangan kota Surabaya membuatnya semakin erotis dan
mempercepat genjotannya. Selama 5 menit Ratna menggenjot penisku, akhirnya
tubuhnya mulai mengejang lagi. Nafasnya semakin memburu, desahannya juga
semakin menggila.
“Taaarr uuugghhh.. layani akkuu mmmhh sampai akuuhh
puaaaasss.. uuuugghh mmmmpphh... aaaaahhh akkuuu keluaaarr laagiiii..
eeeeeehhhhhh...”
Tubuhnya menggelinjang lalu memelukku erat. Kurasakan cairan
cintanya yang hangat meleleh menuruni penisku. Lalu disodorkannya payudara
indah itu ke mulutku, aku manjakan keduanya dengan lidahku. Lalu Ratna kembali
menggoyang penisku yang masih menancap di vaginanya. Digoyang maju-mundur dan
kepalanya mendongak keatas, otomatis payudaranya membusung mempertegas
keindahannya. Gila, kuat sekali stamina Ratna pikirku. Jika diterusin
jangan-jangan bisa bercinta sampai pagi.
Sekitar 5 menit Ratna menggoyang penisku maju-mundur sambil
bibir kami berpagutan. Sesekali aku gigit putingnya agar dia makin meronta.
Kadang tangan Ratna ikut mengelus-elus buah zakarku. Rasanya luar biasa. Lalu
aku merasa penisku makin besar, tanda spermaku siap untuk keluar. Jepitan
vagina Ratna juga makin erat, mungkin dia mau orgasme juga.
“Uuuuhh Taarr aku mau keluaar lagiii.. kamuu uugghhhh
kappaaaann.. aaahhhh”
“Inii juga mauuu Naaa.. aaahhh.. dalem apa luaaarrr..
mmmhh”.
“Daleeemmm Taaarr.. auuhhh akuu lagi nggak subuurr..
ooohhhhh”
Goyangan Ratna makin cepat, dia akan orgasme. Aku yang
sepertinya akan keluar duluan harus berusaha nahan lebih lama.
“Aaaaahhh barengaaann Naaaa.. uuhhh”.
“Iiyyyaaaa Taarrr.. aaahhh keluuuaaaarrrr... oooouuhhh
mmmmpphhh”.
“Akuu jugaa Naaa.. Aaaaaahhh aah aahhh mmmmhhh..”
Kami mendapat orgasme bersama, suatu perasaan yang luar
biasa.
“Aaaahhh makasihh Sayaang.. kontolmu hebat, daleemm
bangeett”
“Hehehe bisa aja kamu Naa.. aku juga makasiiihh”
Bibir kami pun berpagutan sebagai penutup ronde ini. Sambil
mengelus-elus payudara dan pantat yang indah itu. Cairan kami bercampur dan
meleleh ke sofa. Untung lapisan sofanya dari kulit, jadi mudah dibersihkan.
Ratna lalu mengambil tisu untuk mengelap vaginanya yang basah oleh cairan
cintanya bercampur spermaku. Lalu dia berlutut lagi, mengulum penisku yang
masih tegak untuk membersihkan sisa campuran sperma dan cairan cintanya hingga
bersih. Setelah napasnya teratur, Ratna melepas tali-tali yang mengikatku tadi.
Tak terasa pergumulan ini berlangsung hapir 3 jam. Digandengnya tanganku menuju
ke tempat tidur dan akhirnya kami langsung tertidur bertelanjang bulat.
Tengah malam aku terbangun dan melihat Ratna masih tertidur
pulas. Kuambi botol air dan meminum setengahnya sambil melihat pemandangan
tengah malam kota Surabaya. Pantesan si Ratna bergairah banget, sensasinya
seperti bercinta diluar ruangan tanpa ada orang yang melihat. Balik lagi ke
kasur, penisku mengeras lagi melihat tubuh telanjang Ratna yang seperti tak berdaya.
Aku pikir mumpung dia tidur aku kerjain aja.
Dengan cepat aku tarik kedua kakinya sampai ke pinggir kasur
dengan posisi telungkup. Ratna pun terbangun, dan aku langsung menjilati
vaginanya agar kembali basah.
“Aaaaaahh Taaarrr ngapaaiinn iniii oooohhh.. akuu kiraaa
uummhh kamuuuhh capeekk.. mmmmpphh..”
Aku tak memperdulikan eragannya, setelah basah aku langsung
menancapkan penis panjangku yang sudah mengeras kedalam vaginanya.
“Aaaaaahhh pelaaann saaaayyy.. uuummmmhh”
Aku genjot dalam-dalam dengan pelan agar si Ratna cepat
mencapai orgasmenya dengan posisi doggy style.
“Taaaarrr ooohhhh lebih cepeettt aaahhhh.. aku udah mau
keellluaaarr aaaaahh”
Aku menggenjot dengan semakin cepat, tapi ketika vaginanya
mulai menjepit penisku, aku cabut penisku dari vaginanya.
“Aaaahh kenapa dicabut kontolnyaaaa... masukin lagi
sayaaang..”
Selang beberapa detik, aku masukkan lagi penisku kedalam
vaginanya. Aku genjot dengan cepat agar aku bisa memberikan multiorgasme untuk
Ratna. Bongkahan pantat yang semok serta bidang punggungnya yang sangat mulus
membuatku juga tidak bisa menahan orgasme. Akhirnya setelah aku genjot dengan
cepat, Ratna mencapai orgasmenya.
“Aaaaaahhhh akuu kelluaaaarr.. Taaarr.. ooohhhhh ooohhh..
udaaahh udaaahh... jangan digenjot teruuuuuss aaaahhh aaaaaahhh mmmmmphh..”
Erangan Ratna tak ku hiraukan. Genjotanku semakin cepat agar
aku juga bisa segera orgasme.
“Ughh ughh ughh aaaaaahh.. aku keluaaaarr Naaaa... ooohhhh..
ooohhh... mmmmphh”
Ratna juga masih melenguh dari multiorgasme yang
didapatkannya. Dia masih mengejang dan tangannya mencengkeram erat selimut yang
ditindihnya. Seperti tidak pernah merasakan seperti yang dia terima ini. Kali
ini spermaku tidak meleleh keluar karena mungkin sudah ketiga kalinya dalam
sehari.
“Aahhh Tarr.. kamuu jahaaatt.. uuuumhh.. hebat bangeeett..
sampai aku kejang-kejang kaya gini.. aaahh..”
“Anggap aja ini balasan yang tadi lah, kamu juga jahat.
Hehehe..” Kataku sambil memeluknya dari belakang.
“Tapi aku masih berhak merintah kamu loh yaa sampe kita
pulang. Sekarang ayok tidur.” Perintahnya sambil merem dan merangkak ke tengah
kasur lagi.
“Siaap laksanakan!!”.
Aku pun tidur lagi sambil memeluk Ratna dari belakang.
Paginya kami terbangun jam 5 karena sinar matahari yang
masuk kekamar karena semua tirai dibuka. Kebetulan kamar kami menghadap ke
timur, jadi bisa melihat matahari terbit di kota Surabaya. Ratna duduk
dipinggir kasur menghadap ke matahari, sedangkan aku memeluknya dari belakang
sambil memainkan payudaranya.
Setelah minum teh hangat buatan Ratna, aku digandeng ke
kamar mandi dan diminta masuk ke bathup. Lalu diisi air hangatnya hingga
setinggi perutku. Penisku yang tadinya menguncup akhirnya bangun lagi kena air
hangat. Lalu Ratna ikut masuk ke bathup dan jongkok diatas perutku sambil
mengusap-usap baby oil di telapak tangannya. Oke, apalagi ini? Tanyaku dalam
hati, karena aku masih tidak berhak untuk bertanya.
Langsung saja penisku mulai merasakan pijatan yang sangat
nyaman dan membuatnya mengeras kembali. Sensasi ini sangat baru bagiku, disaat
badan direndam air panas, tapi penis mendapatkan hawa dingin. Penisku diurut
dengan lembut dari ujung hingga pangkal dengan kedua telapak tangannya. Sekitar
5 menit penisku dimanjakan oleh pijatan itu hingga makin lama makin keras.
Entah darimana teknik memijat ini dia dapatkan. Lalu Ratna berdiri untuk
menguras air bathup dan menggantinya dengan shower. Kemudian Ratna kembali
memasukkan penisku kedalam vaginanya, kali ini kami saling berhadapan.
“Ooohhhssshh.. aaahhh.. keras lagi kaann.. ummmhh.. siapa
duluuu.. eeemmhh aaahhh.. aaaaaahh.. ssssshh..”.
Ratna mulai menggoyang penisku lagi dengan cepat. Sensasi
guyuran shower membuat gairahku semakin meningkat. Aku lihat kepalanya
mendongak keatas dan bibirnya terbuka lebar sambil melenguh. Sedangkan
tangannya berpegangan di pinggir bathup. Tanganku tak henti-hentinya memainkan
payudara yang padat itu, guyuran air membuatnya mengkilap dan semakin indah.
Sesekali kuremas-remas pantatnya yang seksi serta aku elus-elus lubang anusnya.
“Oooohhh Taarr.. akkuu mau kelluaaaaarr.. oooohhh ooohhh..”
“Emmmph aku jugaa Naaa.. bareng yaa.. uughh uughh.. aaaahhh”
Kami pun orgasme bersama-sama dalam guyuran air hangat dari
shower. Bibir kami saling melumat, lidah kami saling berpagutan, seperti gairah
ini tidak ada habisnya.
“Na, makasih banget yaa.. kamu udah rencanain semua skenario
ini? Aku belum pernah ngerasain pengalaman kaya ini sebelumnya.”
“Iya Tar, aku juga udah lama nggak ngerasain sex kaya gini.
Terakhir sama Anton itu. Aku belajar dari internet. Ahahahaa..”
“Ketawanya lhooo”
“Biarin donk.. tapi maaf Tar.. bukan berarti aku pengen
balikan sama kamu ya Tar, tapi emang aku lagi kangen banget sama kamu. Jangan
benci sama aku yaa. Pleaseee..”. Katanya sambil memelukku.
“Enggak lah Naa.. aku ngerti dari pertama kita ketemu lagi.
Aku juga masih seneng-seneng dimasa kuliahku. Kita tetep temen deket, jadi
kalau kamu butuh apa-apa bilang aja. Sebisanya aku bantu. Kaya sekarang ini.
Hehehee.”
“Aahh bisa ajaa”. Bilangnya sambil menggigit telingaku.
“Yaudah ayok mandi”
“Ayok deh”
Setelah mandi dan sarapan, kami beres-beres untuk segera
checkout. Aku mengantar Ratna sampai dikosnya, lalu aku langsung ke kampus.
Karena ada kuliah. Selama perjalanan kakiku rasanya terlalu lemas untuk
menginjak pedal mobil. Begitu juga sampai dikampus, aku nggak kuat naik tangga
karena kelasku berada di lantai 4. Akhirnya aku pura-pura berhenti untuk
istirahat setiap satu lantai.
The end.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar